42 - Drama

2.2K 308 101
                                    

Pagi-pagi sekali setelah aku bangun dari tidurku, hal pertama yang kudengar adalah berita yang mengerikan.

Mantan Raja dan Putra Mahkota ada di sini! Mereka berhasil ditangkap!

Sial. Eh, aku tidak tahu apakah ini benar-benar kesialan atau apa, tapi yang benar saja! Tidak ketika aku sedang membangun pengaruhku untuk menjadi Ratu! Mungkin jika Serethy yang asli ada di sini, dia sudah menjerit senang dan berlari sekencang mungkin untuk menemui keluarganya, tapi tidak denganku yang sudah mengetahui seluk-beluk busuk keluarga itu.

Konsultasi dan penyembuhan dengan kekuatan suci juga belum benar-benar berakhir karena begitu banyaknya orang yang ingin disembuhkan dari penyakitnya. Aku sudah cukup kewalahan dengan mereka, maka seharusnya jangan ditambah rumit dengan ditemukannya kedua buronan.

Aku juga harus mempertahankan konsistensi atas berita yang telah disebarkan selama wawancara, yaitu mengenai bagaimana aku perlu bereaksi terhadap mereka berdua.

Aku menghela napasku.

"Semangatlah, Tuan Putri," ujar Regina dengan bibir mengerucut lucu.

Haduh, dia manis sekali. Aku jadi tertawa kecil.

"Aku tidak apa-apa, Regina."

Melanie membetulkan kerutan di gaunku. "Apa Anda senang karena Anda akhirnya bertemu dengan keluarga Anda?"

Mau bicara kalau aku senang pun percuma, sebab keduanya bukanlah keluarga asliku. Baik mantan Raja dan Putra Mahkota adalah keluarga asli Serethy yang sangat ingin ia temui bahkan di chapter kedua novel [Luka Serethy], bagian di mana bajingan gila ingin menemui Serethy di kamarnya dalam alur novel.

Aku seolah telah merenggut hak Serethy untuk menemui keluarganya. Aku cukup merasa bersalah.

"Aku senang," balasku dengan senyuman palsu di bibir.

Jelena menata rambutku dan melirik ekspresi wajahku. "Tapi Anda tidak sepenuhnya merasa senang."

Aku menghela napas. "Tentu kalian bertiga tahu jika aku sedang membangun pengaruhku sendiri, kan?"

"Kami tahu," jawab mereka bertiga secara bersamaan.

"Aku juga sudah menjawab pertanyaan Madam Kricia mengenai bagaimana aku harus bereaksi ketika bertemu dengan mereka berdua di koran gosip Madam Kricia."

"Namun, Tuan Putri, bukankah tidak ada yang salah dengan itu?" tanya Regina.

"Memang tidak ada yang salah. Hanya saja, khalayak terlalu haus akan informasi dan rumor yang mentah sehingga bisa saja kehadiran keluargaku malah membuat usahaku untuk membangun pengaruh menjadi hancur."

"Eh, itu tidak akan mungkin, Tuan Putri!" seru Melanie. "Saya yakin bahwa rakyat yang telah Anda bantu dengan kekuatan suci Anda akan merasa sangat beruntung dan setia pada Anda."

"Benar, benar!" sambung Regina dengan suara antusias. "Mereka telah disembuhkan oleh Tuan Putri, bagaimana bisa mereka tidak membalas budi?"

"Tuan Putri." Kini, Jelena memanggilku. Dia tersenyum sambil melihat refleksiku di cermin. "Tolong buang kekhawatiran Anda yang tidak perlu. Rakyat mencintai Anda dan mendukung Anda sepenuh hati. Serta, tidak ada yang salah dengan menemui keluarga Anda. Bukankah sedari dulu, Anda sudah merindukan keluarga Anda?"

Aku menghela napas. "Ya, tentu saja dukungan tidak akan berbalik dariku hanya karena aku menemui keluargaku. Aku tidak akan buta pada hukum di Kerajaan Asher, tetapi setelahnya, akan kukasihi mereka. Itulah jawabanku pada wawancara dengan Madam Kricia."

Aku kemudian melihat refleksi kami berempat di cermin. Aku sudah selesai dengan gaun, rambut, dan riasan yang telah dikerjakan oleh ketiga pelayanku.

Perlahan, aku mengulas senyum di bibir merah muda.

END | I Will Avoid the Death Flag [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang