"Serethy."
Ketika aku kembali ke lantai pesta, Viten sudah menatapku dengan tajam di balik iris merahnya.
Viten lalu memelototi Sir Derick yang berjalan di sampingku dengan ringan. Sir Derick membungkuk singkat pada Viten.
"Aku mencarimu ke mana-mana," kata Viten dengan kesal.
"Saya pikir Tuan Putri diculik!" Lalu seseorang mengambil panggungnya setelah muncul di belakang Viten. "Dan benar saja Tuan Putri telah diculik oleh Sir Derick," cibir Axel.
"Saya tidak mengerti dengan apa yang Anda katakan, Tuan Muda Axel." Sir Derick tersenyum dengan polos seolah tidak pernah mengambil alih diriku ke balkon selama setengah jam.
Viten menghela napas. "Kupikir kau dikerjai oleh nona-nona bangsawan dan akan diracuni."
Hei, hei. Bukankah pikiran itu terlalu liar? Apa karena peperangan dengan Matria, Raja Asher itu kehilangan salah satu baut di kepalanya?
"Mana mungkin hal seperti itu terjadi, Yang Mulia," kataku dengan senyuman yang membuat Viten mengernyit. "Tidak akan ada yang berani melakukan hal itu pada Tuan Putri, kan?"
"Hah." Viten mendengus geli. "Lakukan apa yang kau mau hari ini."
"Wah, tentu saja saya akan melakukannya."
Viten hanya menghela napas dan pergi setelah mengatakan bahwa ada urusan bisnis di ruang privat. Sehingga hanya menyisakan Sir Derick dan Axel di kedua sisiku.
Bagi Viten, mungkin pesta ini adalah pertemuan bisnis yang menyebalkan. Aku sedikit simpati padanya tapi berakhir dengan tidak memedulikannya.
Aku lalu berjalan menuju meja penuh camilan, diikuti Sir Derick yang patuh dan Axel yang entah mengapa mengekori.
"Tuan Putri, bagaimana kalau jalan-jalan ke taman? Bukankah di dalam sini sangat menyesakkan?" tanya Axel lalu mengambil gelas wine dari nampan yang ditawarkan pelayan.
Aku mengernyit.
Taman.
Mendengarnya dari mulut Axel membuatku merinding karena aku langsung membayangkan adegan penyiksaan Axel pada Serethy untuk pertama kalinya memiliki tempat yang sama, yaitu di taman.
"Aku sudah pergi bersama Sir Derick sebelumnya, jadi meninggalkan pesta lagi akan tidak sopan," kataku membuat senyuman Sir Derick melebar.
Axel menghela napas, lalu menyesap wine dengan perlahan. "Tapi itu kan bersama Sir Derick, saya ingin Tuan Putri pergi bersama saya."
"Dengarkan aku, Tuan Muda Axel. Aku tidak suka pria pemaksa."
Axel tampak cemberut. "Anda awalnya tidak suka pembuat onar dan alkoholik, lalu pemaksa? Saya sudah mengurangi intensi saya terhadap alkohol, lho, Tuan Putri."
Aku mengernyit pada pernyataan Axel. "Lalu apa hubungannya denganku?"
"Bukankah Tuan Putri membenci pribadi barbar seperti saya? Makanya saya ingin berubah."
Sungguhan. Aku sama sekali tidak mengerti mengapa si pembuat onar ini rela mau melakukan hal itu. Padahal jelas-jelas di novel, dia tidak bisa hidup tanpa alkohol. Akan tetapi, kini dia mengurangi intensi untuk minum alkohol untukku? Rasanya sulit dipercaya.
Aku memaksakan senyum pada Axel. "Aku menghargai niatmu, Tuan Muda Axel. Tapi lakukan perubahan itu untuk dirimu sendiri, jangan lakukan itu untuk orang lain."
"Tuan Putri memang baik hati," gumam Sir Derick yang membuatku makin mengernyit.
Aku memutuskan untuk mengabaikan dua pria yang ada di belakangku, sementara aku sibuk dengan camilan. Meski aku sedikit terganggu dengan pandangan kosong Axel dan gumaman Sir Derick secara terus-menerus.
KAMU SEDANG MEMBACA
END | I Will Avoid the Death Flag [Terbit]
Исторические романыAku menjadi tawanan perang ketika membuka mata. Takdir sialan apa yang membawaku masuk ke dalam novel gila yang kulemparkan keluar jendela setelah aku membacanya?! Mau bagaimanapun, aku tidak akan membiarkan diriku sendiri disiksa oleh dua orang gi...