46 - Terselubung

3.5K 331 166
                                    

Setelah pelayan menyajikan teh dan kudapan di atas meja, mereka dengan patuh meninggalkan ruangan sesuai perintahku. Untuk jaga-jaga, aku menyuruh Sir Derick berdiri di balik pintu.

Kini, hanya ada aku, Etrill, dan Kallistar di dalam ruangan yang penuh aroma manis kue. Teh beraroma melati pun turut menyaingi harumnya ruangan, membuat suasana yang tegang buatku menjadi sedikit rileks.

Aku duduk di sofa single, sementara Etrill dan Kallistar duduk berdampingan.

Jujur saja, aku sedikit gugup. Ini pertama kalinya aku bertemu dengan keduanya tanpa seseorang di sampingku, dalam konteks itu adalah Sir Derick yang menemaniku di penjara bawah tanah. Sekarang, aku benar-benar sendirian.

"Serethy," panggil Kallistar dengan senyuman lembut di bibir.

Aku balas tersenyum, palsu. "Kakak."

"Kami begitu merindukanmu, Serethy," Etrill mengambil alih percakapan.

"Kamu harusnya tahu bagaimana kami selalu kesulitan tidur karena memikirkanmu," desah Kallistar dengan ekspresi wajah yang meyakinkan.

Bisa-bisanya dia memiliki kemampuan akting yang baik. Aku jadi ingin mendaftarkan nama Etrill dan Kallistar ke seni teater di ibu kota.

"Benarkah itu?" tanyaku dengan kesedihan palsu di mataku. "Aku minta maaf karena telah mengkhawatirkan ayah dan kakak yang kusayangi. Aku tidak bermaksud untuk melakukannya."

Etrill tertawa pelan. "Tidak apa-apa, Serethy. Ayah justru merasa gembira setelah bertemu denganmu kembali. Rasanya, Ayah seolah-olah bisa mati dengan tenang sekarang."

"Ayah, jangan bicara seperti itu," ujar Kallistar. "Bagaimana dengan janji kita untuk hidup bahagia bersama Serethy?"

"Itu benar sekali, Nak." Etrill membelai rambut perak Kallistar. "Kami sangat ingin menebus waktu yang telah terbuang karena kami kehilanganmu semasa pelarian."

"Aku menyesal, Serethy. Saat itu aku terluka berat akibat peperangan, jadi aku tidak bisa berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkanmu," sambung Kallistar sembari menundukkan kepalanya, menilik teh melati di atas meja. "Dengan terpaksa, kami melepasmu."

"Namun, Ayah berjanji akan menyelamatkanmu, Serethy. Maka, kami datang saat ini."

Aku hanya tersenyum lembut sambil mendengarkan omong kosong mereka. Aku juga tidak tahu apakah mereka benar-benar mengatakan omong kosong atau bukan karena aku tiba di dunia ini ketika aku sudah ditangkap prajurit Asher, di dalam sebuah kereta lusuh bergerak menuju Kerajaan Asher, dan sama sekali belum menemui keduanya. Namun, jika itu akting, aku nyaris ingin bertepuk tangan dengan heboh karena mereka benar-benar ahli dalam berakting.

"Jadi?" Suaraku bergema di ruangan yang sunyi. "Sampai kapan kalian berdua akan memainkan peran menjadi keluarga yang baik padaku?"

Kalimatku memancing keduanya untuk menghentikan ekspresi wajah menjijikkan yang ditujukan padaku. Sebaliknya, mereka langsung menatapku dengan tajam.

"Ho? Dasar lacur gila," gumam Kallistar. "Aku nyaris muntah ketika harus terus bersikap lembut padamu. Untungnya, kau cepat-cepat sadar."

Etrill hanya diam dengan sorot dingin tak terbantahkan, seolah kehangatan yang terpancar sebelumnya tak berarti apa-apa. Jemarinya meraih cangkir teh di atas meja, lantas menyesap isinya perlahan. Martabat seorang raja masih tersisa di tubuhnya, sehingga aura yang dihasilkan pun terasa agung.

"Ya, ya. Aku juga sangat muak dengan hal ini," balasku jengah.

"Muak?" Kallistar tertawa kesal. "Bukankah kau sangat menantikan momen ini, Serethy? Bukankah dari dulu kau sangat ingin kami bersikap seperti ini padamu?"

END | I Will Avoid the Death Flag [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang