Oke, ini sama sekali tidak lucu.
Cahaya aneh yang menguar dari tubuhku memang sudah menumbangkan orang-orang berjubah itu, tetapi tidak ada jaminannya bahwa aku tetap selamat. Siapa yang menjamin kalau mereka bangun dan mendapati tubuhku yang kehilangan kesadaran, lalu membawa tubuhku.
Kini, hanya ada dua opsi yang tersisa. Pertama, dijebloskan ke dalam jeruji oleh orang-orang berjubah. Kedua, lebih dulu dibunuh oleh mereka dan aku ada di neraka. Namun, bisa saja terdapat opsi ketiga, yaitu diselamatkan Viten.
"Serethy."
Kemudian aku mendengar sebuah suara yang memanggilku dengan lembut. Melodi itu terdengar indah sekali, saking indahnya aku merasa bahwa seluruh kulitku bergetar. Aku merinding.
"Serethy, bangunlah."
Aku merasakan kepalaku dielus dengan lembut. Itu adalah buaian yang manis hingga aku sangat terlena.
Lalu, aku membuka mata setelah mendengar namaku kembali dipanggil.
Ketika membuka mata, hal yang pertama kali kulihat adalah langit-langit yang terbuat dari awan. Itu terlihat lembut, aku tidak bohong. Namun, lampu gantung mewah menempel erat di awan-awan itu, seolah kelembutan awan sama sekali bukan absolut di sini.
Dekorasi dan ukiran klasik yang khas seperti istana kerajaan pun menempel di dinding berwarna putih dan emas. Potret, lukisan, dan vas yang juga dibaluri oleh emas begitu menyilaukan. Sepertinya emas-emas itu asli.
Kemudian, aku terbaring di tempat tidur berukuran besar yang empuk. Lalu ketika menolehkan kepalaku, aku sepertinya melihat seorang bidadari. Oke, siapa pun wanita itu, dia terlihat sangat cantik.
"Serethy," panggilnya.
"Ini-?" Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, aku merasakan kepalaku berdenyut nyeri. Perih sekali. "Ukh!"
"Minumlah ini, Serethy. Ini obat."
Entah kepercayaan apa yang kuberikan pada wanita itu, aku meraih mangkuk mungil berwarna emas dan meneguk isinya dalam sekali teguk. Itu rasanya manis. Tidak terlalu buruk.
"Kamu sudah merasa lebih baik?" tanya wanita itu. Dia mengelus pundakku dengan penuh sayang.
"Siapa Anda?" tanyaku, menggunakan nada formal. Itu karena aku tidak tahu siapa dia dan di mana aku. Untuk jaga-jaga, jadi aku menggunakannya. Apa dia dokter kerajaan? Tapi ditilik dari tempatku berada, aku tidak berada di istana. Melainkan tempat lain yang mirip dengan istana.
"Aku Angelina." Dia tersenyum. Namun, seolah senyumannya benar-benar menyilaukan, cahaya di belakangnya bersinar takjub.
"Maaf, Serethy. Aku seharusnya tidak mengintervensimu tadi. Namun, aku tidak yakin bagaimana harus menyelematkanmu."
"Apa maksud Anda?"
Jemari lentik Angelina akhirnya mengelus kepalaku dengan lembut. Aku tidak tahu kenapa wanita ini sangat suka mengelus anggota tubuhku, tapi itu bukan hal yang besar. Sebab, setiap sentuhannya terasa oleh indraku, maka aku merasakan ketenangan yang mendalam di dalam diriku.
"Bajingan itu akan membunuhmu, Serethy. Jadi, aku tanpa sadar mengintervensi lewat dirimu. Aku mengancam mereka lewat bibirmu."
Angeline menyentuh bibirku, lalu tersenyum manis."Tunggu, saya memang merasakan Anda di dalam diri saya. Emosi Anda. Segalanya. Namun, bagaimana Anda bisa melakukannya? Siapa Anda sebenarnya?"
Jemarinya menyelipkan anak rambut merah mudaku ke belakang telinga. "Itu mudah untukku melakukannya, Serethy. Tapi sayangnya, tubuhmu tidak bisa mengatasinya. Untuk mengintervensi manusia oleh kekuatanmu terlalu berat sehingga kamu kehilangan kesadaranmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
END | I Will Avoid the Death Flag [Terbit]
Fiction HistoriqueAku menjadi tawanan perang ketika membuka mata. Takdir sialan apa yang membawaku masuk ke dalam novel gila yang kulemparkan keluar jendela setelah aku membacanya?! Mau bagaimanapun, aku tidak akan membiarkan diriku sendiri disiksa oleh dua orang gi...