44 - Hadiah Kedua

2.2K 337 41
                                    

Di tengah gempuran aku yang sibuk melakukan konsultasi dan penyembuhan pada rakyat, ada pesta ulang tahun Axel yang menunggu untuk dihadiri olehku.

Sejujurnya, aku merasa bahwa pesta ulang tahun akan menjadi beban terbesar bagiku. Mengapa? Itu karena Etrill dan Kallistar telah ditemukan, tentu saja pembahasan di dalam pesta tidak akan jauh membahas seputar mereka.

Aku menghela napas.

"Apa gaunnya tidak sesuai dengan keinginan Anda, Tuan Putri?" tanya Jelena yang tengah memperbaiki aksesori rumit di gaunku.

Regina dan Melanie ikut-ikutan menatapku dengan pandangan sedih karena aku kelihatan tidak bersemangat.

"Tidak. Aku menyukai gaun dan riasannya," balasku dengan senyuman kecil di bibir.

"Lantas, apa yang membuat Tuan Putri merasa terganggu?" tanya Melanie dengan sorot sedih di wajahnya.

Aku tersenyum kaku. Apakah aku kelihatan sejelas itu?

"Bukan apa-apa," jawabku dengan tenang. "Tidak perlu dipikirkan."

"Apakah ini karena Tuan Muda Axel?" tanya Regina dengan mata bulatnya yang terarah padaku.

"Ya? Memangnya ada apa dengan Tuan Muda Axel?" tanyaku balik.

"Tuan Muda tidak pernah mengunjungi istana ataupun menemui Tuan Putri lagi setelah penghukuman mendiang Nona Clare. Apakah itu menganggu Tuan Putri?"

Aku mengalunkan tawa pelan. Mana mungkin aku terganggu dengan ketidakhadiran bajingan itu. Yah, meski akhir-akhir ini ketidakhadirannya membuatku sedikit linglung. Pasalnya, anak itu selalu berkeliaran di sekitarku, seolah tidak pernah absen untuk mengekoriku selayaknya anak ayam pada induknya. Hal itu tentu saja membuatku merasa sedikit aneh.

Kami benar-benar kehilangan kontak setelah Clare dihukum. Apakah ada yang salah dengan hukuman Clare? Bukankah seharusnya Axel merasa senang karena satu-satunya orang yang menyiksa Sorena Krone di masa lalu, kini telah mendapat ganjarannya? Apakah dia tidak puas karena bukan tangannya sendiri yang menghabisi nyawa Clare?

Aku mendesis kecil. Memikirkan hal-hal tidak berguna ketika aku tengah digempur berbagai macam masalah membuatku sakit kepala.

"Sama sekali tidak mengganggu," balasku pada pertanyaan Regina. "Lagipula, aku yakin Tuan Muda Axel memiliki kesibukannya tersendiri. Bukankah Tuan Muda adalah Marquis masa depan?"

"Itu benar, sih," gumam Melanie. "Namun, biasanya Tuan Muda Axel lengket sekali dengan Tuan Putri!"

"Jadi, terasa aneh ketika sudah hampir tiga minggu Tuan Muda Axel tidak berada di sekitar Tuan Putri," sambung Regina.

"Sudahlah kalian berdua. Cepat selesaikan pekerjaan kalian, Tuan Putri harus bergegas pergi ke pesta," sela Jelena yang masih sibuk menata aksesori rumit di gaunku.

Melanie dan Regina cemberut. "Boo, Kak Jelena tidak asik!" Meski begitu, keduanya melanjutkan pekerjaan mereka untuk mendandaniku.

Aku hanya terkekeh kecil, kemudian menilik figur cantik Serethy di cermin.

Ya, tidak ada yang menggangguku sama sekali mengenai ketidakhadiran Axel. Tidak ada.

***

Viten mengulurkan tangannya ketika kami berdua keluar dari kereta kuda dengan lambang Kerajaan Asher di depan kediaman Krone.

Seluruh bangsawan yang menghadiri acara ulang tahun langsung menunjukan atensinya terhadap kami berdua.

Aku turun dari kereta kuda yang megah, kemudian menerima uluran tangan Viten.

Kami berdua kemudian menjejaki lantai pesta, di mana seluruh bangsawan telah berkumpul dalam perkumpulan berkedok politik.

END | I Will Avoid the Death Flag [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang