37 - Kutukan

2.3K 348 67
                                    

"Tuan Putri. Anda sangat menakjubkan! Tidak hanya menyembuhkan manusia, Anda juga bisa menyembuhkan hewan."

Apa yang kudengar sedari tadi adalah bahwa Arcelio begitu mengagumiku, tidak, maksudku kekuatan suciku.

Aku hanya terkekeh canggung. Dia kelihatan seperti anak kecil ketika sedang antusias begini. Aku mempertanyakan ke mana martabat seorang kardinal yang memiliki kuasa selayaknya keluarga kerajaan?

"Betapa Anda dicintai Angelina. Ya Dewi, saya sungguhan bersyukur bisa melihat kekuatan suci sedekat ini." Arcelio tiba-tiba malah berdoa dan mengagungkan Angelina lagi.

Kecintaannya pada Dewi Matahari sedikit tidak masuk akal, tapi terserahlah, yang penting laki-laki ini senang.

Beberapa saat kemudian, Arcelio akhirnya kembali menjadi seorang Kardinal yang bermartabat.

"Maafkan saya, Tuan Putri," ujar Arcelio sambil berdeham. "Saya cuma sangat bersemangat, saya seharusnya menjaga sikap saya."

"Tidak apa-apa, Tuan Arcelio." Aku mengulas senyuman lembut. "Kamu sangat bebas, saya sampai kagum."

"Benarkah? Bukankah itu kekanakan sekali, ya, Tuan Putri?"

"Yah, memangnya apa yang salah dengan menjadi kekanakan? Tuan Arcelio, bukankah menjadi dewasa itu sangat tidak menyenangkan? Oleh karena itu, tidak ada yang salah dengan berperilaku kembali seperti anak-anak karena menjadi dewasa tidak menyenangkan."

Arcelio tersenyum lembut di wajah cantiknya. Kini, seolah cahaya matahari menjadi penerang, senyuman Arcelio tampak sangat berkilau.

"Seperti yang diharapkan dari Tuan Putri, seseorang yang dipilih secara langsung oleh Dewi Matahari yang agung. Saya akan setia kepada Tuan Putri sampai akhir hayat saya."

Aku merinding pada tekanan tersebut. Bisa-bisanya dia mengatakan hal mengerikan itu dengan mudah.

"Tuan Arcelio, tidak perlu sejauh itu. Saya tidak membutuhkan kesetiaanmu, Angelina yang lebih membutuhkannya."

Seolah tercipta sebuah pencerahan di kedua matanya yang hijau, Arcelio mengangguk. "Baiklah, Tuan Putri. Seperti yang diharapkan dari Anda."

Aku tidak mengerti di bagian mananya aku yang seperti harapannya, tetapi lupakan saja.

"Ah, ya, Tuan Putri." Arcelio menatap mataku. "Berita mengenai Anda sudah menyebar luas dan kini banyak yang mengunjungi kuil walaupun tanggal tujuh belas akan datang beberapa hari lagi."

Aku tersenyum. "Bukankah itu bagus? Artinya, mereka menaruh harapan padaku."

"Namun, bukankah jika mereka datang, mereka akan mendukung Anda untuk menjadi Ratu hanya karena kekuatan suci Anda?"

"Awalnya seperti itu, Tuan Arcelio. Mereka akan mendukungku hanya karena kekuatan suci sebagai syaratnya, tetapi lambat laun mereka akan mendukungku sebagai Serethy dan bukan saintess."

"Bagaimana bisa Anda seyakin itu?"

"Tentu saja saya sangat yakin. Kepercayaan diri adalah nomor satu, tapi tentu saja tidak melakukannya dengan berlebihan. Asalkan aku telah mencobanya, maka kita akan melihat hasilnya di kemudian hari."

"Anda memang sangat bijak."

Hah? Bijak apanya? Ini cuma ide kecil-kecilan yang tercipta karena terpepet. Rakyat makin menanyakan identitas dan kepantasan diriku menjadi Ratu. Jadi, aku harus segera mencari jalan keluarnya agar jalan menuju mahkota Ratu tidak lagi berduri.

"Terima kasih, Tuan Arcelio," kataku dengan senyuman aneh di wajah.

"Terima kasih kembali, Tuan Putri."

END | I Will Avoid the Death Flag [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang