Bajingan gila itu membuatku lagi-lagi merasa khawatir.
Aku tidak tahu intensi apa yang ditunjukkan lewat iris mata merah darahnya yang menatapku dengan intens. Dia benar-benar hanya duduk di balik mejanya, sesekali mencatat sesuatu di dokumen kerjanya, tetapi kebanyakan aktivitas yang dia lakukan adalah menyorotku tajam dengan mata merah itu.
"Yang Mulia?" Aku memberanikan diri untuk memanggil Viten karena aku merasa tidak nyaman dengan tatapan pria itu.
Setelah dia memanggilku ke ruang kerjanya di Istana Kebahagiaan—yang untungnya tidak membuatku kerepotan karena kami tinggal di istana yang sama—dia hanya melakukan hal yang sudah kusebutkan barusan.
Pelayannya juga sudah menyajikan teh dan camilan manis di atas meja yang tidak perlu dipertanyakan kembali kelezatannya. Hanya saja, aku kesulitan untik menikmati semua ini ketika Viten sendiri sedang memperhatikanku dengan tajam.
"Ahem, Serethy," panggilnya setelah berdeham singkat. Dia lalu menatapku di balik mejanya, di balik tumpukan dokumennya, di balik jurnal-jurnalnya yang tebal. "Cioten sudah kembali ke wilayah asal Matria."
"Aku tahu itu, Yang Mulia."
"Dan Cioten sudah menyebarkan rumor itu dengan baik."
Aku mengangguk kecil, tanda bahwa aku mengerti. Rumor yang tersebar itu berisi mengenai tujuanku naik menjadi Tuan Putri Asher adalah agar rakyat Matria memiliki penguasa yang mereka kenal sehingga rakyat Matria tidak akan merasa resah, serta betapa Tuan Putri memperhatikan rakyatnya dengan baik dan selalu mengkhawatirkan mereka.
Cioten sudah menyebarkan rumor itu begitu dia keluar dari Istana Kebahagiaan kemarin lusa.
Rupanya, pengaruh Cioten tak kalah kuat. Buktinya, dia bisa menyebarkan rumor itu hanya dalam waktu 24 jam setelah dia meninggalkan istana.
Bahkan koran gosip Madam Kricia telah memuat artikel mengenai rumor itu pagi ini.
"Berita baiknya, rakyat Matria mendukungmu."
"Itu bagus. Bukankah inilah tujuan rumor itu tersebar?"
"Serethy, kau harus mendengarkan ini. Ada dua berita buruk dariku."
Aku mengerjap. Apa berita buruk itu sangatlah buruk hingga Viten harus memeringatiku terlebih dahulu?
"Tolong katakan itu, Yang Mulia."
"Yang pertama, nama Rexanne tidak bisa dicegah lagi proses penyebarannya, Berita itu menggila sehingga akan sulit untuk membatasi penyebarannya. Akan banyak juga konfrontasi serta dukungan dari rakyat yang mendesakmu untuk segera menjadi 'ratu' Asher."
Itu masuk akal. Asher sudah mencari ratu yang dapat memakmurkan kerajaan mereka selama kurang lebih satu abad. Dan kini mereka mendapatkannya, tentu desakan dari para rakyat dan bangsawan akan menggunung agar aku segera menjadi ratu.
"Aku yakin itu pasti terjadi."
Viten hanya mengangguk kecil. "Lalu berita buruk yang kedua, yaitu firman Dewa kembali turun."
Aku mengerutkan dahi. "Mengapa firman Dewa dikatakan sebagai berita yang buruk? Bukankah seharusnya itu berita yang baik? Mengingat betapa sulitnya firman dewa untuk turun."
Viten menghela napasnya frustrasi. "Itu karena isi firmannya, Serethy. Aku yakin, kau juga akan merasa bahwa turunnya firman kedua ini adalah berita buruk buatmu."
"Dan katakan padaku mengapa firman ini bisa menjadi berita yang buruk untukku?"
"Ratu kedua."
"Ratu kedua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
END | I Will Avoid the Death Flag [Terbit]
Ficción históricaAku menjadi tawanan perang ketika membuka mata. Takdir sialan apa yang membawaku masuk ke dalam novel gila yang kulemparkan keluar jendela setelah aku membacanya?! Mau bagaimanapun, aku tidak akan membiarkan diriku sendiri disiksa oleh dua orang gi...