"Chika!!" teriak Aya memanggil Chika.
"Iya mami kenapa?" Chika muncul dari arah dapur, ia masih menggunakan celemek. Mungkinkah ia sedang masak untuk makan malam?
"Sayang temenin mami ke rumah sakit yuk, anak teman mami kecelakaan." ucap Aya.
Chika membuka celemeknya. "Mami ganti baju dulu dan Chika juga ganti baju abis itu kita langsung berangkat."
Aya mengangguk dan berjalan gontai menuju kamarnya, begitupun dengan Chika.
Tak membutuhkan waktu yang lama mereka sudah sama-sama diruang bawah dan langsung pergi menuju rumah sakit diantarkan oleh supir pribadi Aya.
Didalam mobil ini perasaan Chika tidak karuan, biasanya jam segini Vion akan mengabarinya dan menelponnya. Mengapa tiba-tiba perasaannya tidak enak ya? Pikir Chika.
"Kalau saya lama bapak bisa pulang duluan aja." ucap Aya kemudian turun dari mobil diikuti Chika.
Aya dan Chika berjalan cukup cepat menuju UGD, terlihat dari kejauhan beberapa orang asing bagi Chika dan Aran(?)
Aran melihat Chika yang datang dan menghampirinya.
"Rame banget, Ran ada apa?" Aran tersenyum sambil mempersilahkan Chika duduk terlebih dahulu.
"Ini siapa yang sakit, Ran?" tanya Chika sekali lagi.
Tiba-tiba Aran memeluk Chika dan menangis dalam dekapan gadis itu. Sedangkan Chika yang tidak tahu ada apa hanya diam tapi tangannya mengusap pelan punggung Aran menenangkan adik kelasnya itu.
"Udah nangisnya?" Aran mengangguk kecil dalam dekapan Chika.
Chika mendorong pelan tubuh Aran agar ia dapat melihat wajah Aran. Chika tersenyum tipis dan mengusap lembut pipi Aran.
"Cerita pelan-pelan ya siapa yang sakit sampai kamu nangis gini hm?" Chika menggenggam tangan Aran memberikan kekuatan agar Aran pelan-pelan bercerita padanya.
"Kak Vion..." lirih Aran kala menyebutkan nama kakaknya, Chika masih menunggu kelanjutan dari ucapan Aran.
"Dia kritis karena dihajar sama cowok yang udah rebut pacarnya."
Deg!!
Bagaikan tersambar petir tubuh Chika kaku, otaknya seakan-akan berhenti berpikir, dan air mata mulai bertumpuk dipeluk matanya.
Vion, baru kemarin lelaki itu bilang bahwa malam ini ia akan memberikan kejutan pada kekasihnya tapi ternyata kejutan itu adalah celaka baginya.
Perlahan air mata Chika turun tanpa diminta, Aran yang melihatnya mengusap tangan Chika pelan.
"Kak Vion." gumam Chika, matanya kini fokus pada pintu UGD yang tertutup.
Ia pun bangkit dan berjalan menuju pintu itu, melihat kondisi Vion yang menurutnya sangat menyedihkan.
Wajah yang penuh lebam, kantong darah, infusan, oksigen. Saat ini ia hanya ingin berdiri di samping Vion dan menguatkan lelaki itu, lelaki yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya, lelaki yang bahkan sudah berhasil membuatnya jatuh cinta.
"Kakak..." panggilan lirih, ia hanya bisa melihat dibalik kaca pintu UGD.
***
Waktu menunjukkan pukul 10 malam dan suasana di UGD masih sama, mereka berharap Vion siuman lebih cepat.
"Permisi bapak ibu, jika ada yang mau melihat keadaan tuan muda dipersilahkan tetapi jangan ramai-ramai dulu." ucap dokter yang datang.
"Iya makasih dok." ucap Ve.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone (?) [VIKUY]
Novela JuvenilKisah tiga manusia yang terjebak cinta segitiga. "maaf, aku ga bisa apa-apa." "pergilah, dia rumahmu yang sebenarnya."