Sekitar pukul 10 pagi Vion sudah berada di desa yang ia tuju, lebih tepatnya di daerah perkebunan yang diberitahukan Devan sebelumnya.
"Sejuk banget buset, ini sih gua harus menetap disini biar pikiran gua tetap jernih." gumamnya.
Mata Vion terus menatap sekeliling kebun teh tersebut, senyumnya tidak luntur lantaran ia sangat menyukai suasana tenang seperti ini.
Hanya ada dirinya dan beberapa pegawai yang sedang bekerja di kebun teh.
"Permisi kang." sapa seorang lelaki yang menghampiri Vion.
"Eh, iya kenapa mas?" tanya Vion.
"Ini kang Vion anaknya tuan Devan?" Vion mengangguk.
"Tuan Devan tadi menghubungi saya, katanya kang Vion suruh ke rumah kang Vion."
"Hah? Rumah saya? Saya aja kesini disuruh papi cuman buat cek doang, lagian mas rumah saya ga disini tapi di ." jelas Vion.
"Aduh saya juga ga tau atuh kang, kata tuan mah akang suruh ke rumah gitu."
"Bentar deh saya telpon dulu papi saya, nama mas nya siapa?"
"Nama saya Septian suka dipanggil ncep." ucapnya sambil mengulurkan tangan pada Vion.
"Nama bagus gitu masa dipanggil ncep sih mas." gurau Vion.
"Hahaha udah kebiasaan dari dulu kang." Vion mengangguk kemudian pamit untuk menelpon Devan.
Vion pun kembali menghampiri Septian setelah selesai mengubungi Devan.
"Ayo mas anterin saya ke rumah, soalnya saya kurang tau daerah sini." ucap Vion, Septian pun mengangguk.
"Kang Vion ikutin motor saya dari belakang ya." Vion mengangguk.
Septian jalan lebih dulu diikuti oleh Vion dibelakangnya, Septian sengaja melakukan motornya tidak terlalu cepat karena kata Devan, Vion itu sangat suka suasana sepi dan asri.
Tidak butuh waktu lama karena lokasi perkebunan teh dan rumah Vion cukup dekat, kini keduanya sudah berada didepan rumah dengan arsitektur minimalis modern.
"Ini kang rumahnya." ucap Septian.
Mata Vion menyusuri lingkungan rumah ini. Kagum, satu kata yang ada dipikiran Vion saat ini. Ia sangat suka dengan lingkungan sejuk seperti sekarang.
"Makasih mas udah nganterin saya." Septian tersenyum dan mengangguk.
"Kang kalau ada apa-apa bisa hubungi saya, akang juga bakal ditemenin sama satpam dan nanti bakal ada bi hesti yang bantuin kerjaan rumah akang." jelas Septian.
"Ohh oke oke, makasih ya. Nanti kalau saya ada apa-apa pasti menghubungi kamu kok."
"Ya suda kang, saya permisi ya masih ada kerjaan di kebun, mari kang." pamit Septian.
Vion mengambil kopernya yang masih di bagasi mobil dan mulai memasuki halaman rumah impiannya ini.
"Ini pasti yang bikin kakek, terus dikasih tau desainnya sama papi." gumamnya.
Ia mengambil ponselnya dan memotret pemandangan indah didepannya.
"Simpen dulu deh baru abis itu santai santai." Vion pun masuk kedalam rumah yang sangat bersih.
Walaupun sudah berdiri cukup lama tetapi rumah ini sangat terawat karena permintaan kakek Vion. Jadi hari ini Vion tidak perlu capek-capek membersihkan rumah, ia cukup membereskan pakaiannya saja.
"Bersih banget." Ia pun mulai naik menuju lantai dua, dimana kamarnya berada.
cklek!
"Gila, kamarnya bagus banget mana bikin nyaman lagi." gumamnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/269196273-288-k601606.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone (?) [VIKUY]
Novela JuvenilKisah tiga manusia yang terjebak cinta segitiga. "maaf, aku ga bisa apa-apa." "pergilah, dia rumahmu yang sebenarnya."