Awas pokoknya kalau ketemu, aku habisi dia. Seenaknya sendiri, Si Soobin. Masa aku terus-terusan bersihin perpus sendirian.
Duk! Mengepel memang bukan hal berat. Tapi aku harus berkorban kakiku basah dan apabila terlambat dicuci akan gatal. Entah mengapa bisa seperti itu tapi kata Mama-
"Begitulah kalo kaki orang cantik." Sambil memasang wajah meledek. Memang cantik 'kan aku. Kalau aku cantik 'kan berarti Mama juga cantik.
Huh! Mendengus kesal aku kala mengerjakan pekerjaan yang bahkan di rumah pun aku tidak mengerjakannya.
Soobin, akh! Lo kok ngeselin banget 'sih?! Cobalah kasih tau gua memangnya apa yang bikin lo ga suka sama gua! Bilang, please! Gua kesiksa!
Ingin sekali aku mengatakan itu tapi aku tidak punya nyali. Berurusan dengan kakak kelas adalah salah satu aktivitas dari list bunuh diri. Bunuh harga diri maksudnya. Kemungkinan besar kalau tidak setara, ya, diinjak-injak.
"Kenapa, lo? Ngomong sendiri pula," ujar seseorang yang barusan melepas sepatunya.
"Temen Kak Yeonjun ngeselin," gumamku jujur karena sungguh, aku kesal sekali!
"Wih, wih! Sabar, neng! Keciprat semua bukunya nanti," katanya menghentikanku yang hendak menceburkan pel ini ke dalam timba berisi air. Aku berusaha menenangkan diri.
"Yang mana maksud lo?" Kak Yeonjun duduk di salah satu kursi dekat kipas. Mencari suasana dingin di sana.
"Ngga," jawabku membuatnya bingung.
"Lo punya masalah?" tanyanya namun aku menggeleng. Lebih baik kalau aku cepat pulang dan beristirahat. Ah, bukan. Lebih tepatnya mengerjakan tugas.
"Yeji mana?" Pundakku terangkat. Sejak aku kembali dari lapangan tadi, aku tidak melihatnya. Aku juga lekas ke sini.
"Tapi motornya masih ada 'loh." Kak Yeonjun menunjuk arah parkiran. Aku juga tidak tahu itu.
"Katanya lo sama Soobin yang bersihin sini?" Tanganku berhenti bergerak. Kulirik Kak Yeonjun dengan lelah.
"Iya, iya. Gua diem sekarang. Maaf," ucapnya lalu diam tidak berbicara padaku lagi.
Dari luar sana, terdengar suara seseorang yang berlari. Tidak ingin kepo, juga tidak berharap, aku tetap mengepel.
"Kak Yeonjun!"
See? Beruntung aku tidak melakukan apapun selain mengepel.
"Lah, Yej. Lo ke mana aja 'sih? Gua cariin di lab, ga ada. Parkiran, ga ada. Sampe ngadem di perpus, gua," kata Kak Yeonjun dan Mbak Yeji pun masuk.
"Lo bukannya bersihin Hari Sabtu, Li?" tanya Yeji kala dia sudah berada di dekat Kak Yeonjun.
"Terpaksa ini, teh. Bukan karena kemauan sendiri," jawabku tanpa menoleh ke arahnya.
"Jadi Soobin biarin lo bersihin sendiri?" Aku berdehem.
"Tumben 'tuh anak. Biasanya juga bantuin," gumam Kak Yeonjun tapi aku masih bisa mendengarnya.
Kedua manusia itu melakukan transaksi seperti biasanya. Transaksi masker wajah untuk kecantikan, bukan untuk yang melindungi dari debu dan kotoran.
"Makasih, kak. Pas, ya," ucap Yeji lalu dia hendak keluar dari perpus.
"Heh, bantuin napa?" tanyaku menoleh ke arahnya.
"Lah, Kak Yeonjun?" Yeji melirik Kak Yeonjun.
"Apa? Gua 'kan cuma numpang ngadem," kata Kak Yeonjun yang sudah berdiri hendak keluar juga.
"Astaga." Akhirnya aku hanya bisa diam kala mereka kembali keluar dari tempat ini.
Ini semua-Ah, bukan. Ini bukan salah Kak Soobin. Ini salah anak yang bertugas hari ini! Harusnya dia masuk untuk membersihkan perpustakaan saja! Kalau mau tidak masuk sekolah, aku tidak peduli!
KAMU SEDANG MEMBACA
Yeah, Alright ft. Lia ITZY
FanfictionKami asing, tidak mengenal satu sama lain. Terpaksa bertemu setiap hari di planet yang sama membuatku ingin menyingkirkannya. Nyatanya, aku yang menjadi bulan dan dia buminya. Itulah mengapa di dunia ada karma. Yeah, Alright. Setiap masalah pasti ad...