29

12 5 0
                                    

"Yok, satu, dua, tiga!"

Cekrik! Teman Jaemin yang bernama Renjun ini menjadi fotografer kami. Agak bertanya-tanya mengapa dia ada di sini dan bukannya di sekolah.

"Oke, lagi! Satu, dua, tiga!"

Terhitung sudah lima kali kami berfoto. Sampai mati gaya pun lelah berdiri di sepatu hak tinggi seperti ini.

Teman-teman tampak cantik dengan make up mereka. Tentunya tidak dengan Jaemin, dia terlihat tampan. Ah, astaga. Aku sangat bahagia sekarang.

"Oke, foto satu-satu, ya."

Bergantian dari absen pertama sampai absen terakhir. Acara sudah selesai, tapi banyak yang menolak untuk pulang sekedar berfoto di depan aula.

"Berikutnya!" Aku maju setelah Yeji. Bersama dengan buket pemberian sekeluarga, aku berfoto dengan latar belakang gedung aula.

"Nice, berikutnya!"

Wah, cepat sekali. Berapa foto yang dia ambil? Aku rasa aku hanya memakai satu gaya.

Ah, itu Kak Soobin. Dia lihat aku atau tidak, ya? Atau wajahku terlalu beda saat pakai make up?

Tangan pistolnya mengarah padaku. Sebelah tanganku terangkat pun aku menyapanya.

"Ayo, kalo mau foto," katanya begitu sampai di dekatku. Benar, dia menerima ajakanku untuk berfoto tadi.

"Pakai hapenya siapa?" Aku agak ragu karena kamera ponselku terkadang kurang bagus untuk foto, jad—

"Pakai punya Kak Soobin aja," jawabku dan dia mau-mau saja.

Agak bingung sebenarnya dia, apakah kami akan selfie atau ada yang mengambilkan foto. Begitu aku melihat hanya ada Jaemin yang menyadari interaksi kami, aku meminta tolong padanya.

"Yang bagus, Jaem," bisikku saat Kak Soobin pergi mencari posisi.

"Iya, siap," ucapnya namun aku tetap khawatir.

Tanpa hitungan apapun, dia menurunkan ponsel itu. Padahal baru juga diangkat. Dia sudah mengambil foto kami?

"Udah?" tanyaku dan dia mengangguk. Ah, anak ini patut dicurigai.

"Ambil berapa foto, lo?" Aku melangkah ke arahnya dan dia jawab—

"Dua." Tertepuk jidatku ini dengan udara karena tidak mungkin aku melakukan itu di depan Kak Soobin. Jaemin pun mengembalikan ponsel itu.

"Makasih, kak," ucapku lalu dia pergi begitu saja.

"Pulang sekarang, kak?" Dia berbalik menggeleng.

"Masih mau foto sama yang lain dulu." Aku ber-oh ria dan kembali bertanya pada Jaemin.

"Bagus ga tadi fotonya?" Jempolnya terangkat bersamaan dengan wajah meyakinkan.

"Awas aja lo," peringatku tapi dia tidak takut sedikit pun.

Teman-teman yang lain mengajak kami untuk pindah tempat mengambil foto. Kali ini kami akan melanjutkan konten yang sempat dibuat kemarin.

Puk, puk! Seseorang menepuk pundakku. Aku berbalik melihatnya. Dia memakai masker, kaca mata, dan topi, pun badannya lumayan tinggi. Tangannya menyodorkan sebuah buket.

"B-buat saya?" tanyaku dan dia mengangguk sambil terus memberikan buket itu. Agak takut, aku menerimanya.

"M-makasih."

Setelah dipastikan aku memegang pemberiannya, dia lekas pergi dari hadapanku dan menghilang di balik bangunan. Dia.. siapa?

Kulirik bunga yang diberikannya. Ini 'kan bunga kesukaanku. Dia siapa, ya? Orang asing atau.. bukan, ya?

Yeah, Alright ft. Lia ITZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang