22

18 8 0
                                    

"AAAAAAAaaaaAAAAAaaaaAAAAA!" rengekku di depan kelas IPA 6 menginjak-injak keramiknya. Suasana pagi yang sepi membuatku tidak tahu malu di sini

"Gapapa, masih satu sekolah juga kok. Tenang aja," ucap Yeji di sampingku. Dia bergerak merangkulku.

"Cowo IPA 6 juga ada yang ganteng, Li. Misal, Kak Yeonjun," lanjutnya penuh bangga yang hanya menghasilkan wajah cemberut dariku.

"Dahlah, lagian sebelah kelas. Ga mojok kek kelas IPS." Gadis ini masih berusaha menghiburku. Sedangkan aku? Aku belum rela. Aku benar-benar belum rela!

Agak emosi melihat pengumuman pergantian jadwal dan kelas bimbingan. Biasanya aku yang tidak satu jadwal dengan Yeji menjadi satu jadwal dengan gadis ini juga kelasnya diganti. Itu artinya sebagian dari IPA 7 akan pindah kelas juga.

"Udah, nama lo ga di sini." Yeji mendorongku menuju IPA 5 di mana bimbingan kami akan dilaksanakan di sana. Aku masih saja tidak ingin berpindah tempat-

"Eh, Kak Soobin?" Seseorang yang mendorongku hampir terjungkal ke depan mendapati aku yang sudah tidak melawan aksinya. Dia marah-marah, tentu saja, tapi aku tidak mendengarnya sama sekali.

"Kelasnya ganti, ya?" tanya Kak Soobin memeriksa namanya di depan IPA 6.

"Iya, kak. Ga sekelas lagi, deh," jawabku sambil tersenyum. Aslinya sedih banget ga sekelas sama Kak Soobin lagi.

Akh, semesta! Lo maunya apa 'sih?! Bagian udah baikan begini malah dipisahkan.

"Oh, iya. Jadi kamu pindah ke sebelah?" Dia menunjuk IPA 5. Aku mengangguk.

"Iya, deh. Aku masuk dulu, ya," pamitnya lalu masuk ke dalam kelas sambil tersenyum.

Dimplenya, astaga. Rambutnya juga bisa seindah itu. Penampilannya juga tetap rapi walau setiap hari juga harus pakai arm sling. Ya, ampun, Kak Soobin.

"Woy! Baru kali ini lo, gua omelin ga denger!" Suara Yeji membuyarkan lamunanku. Baru sadar aku sedari tadi melihat isi kelas IPA 6 yang belum penuh ini.

"Masuk, Li! Jangan bilang lo ga denger bel juga?"

"Hah? Udah bel?"

Wajah gadis itu mendatar. Tampaknya dia berusaha bersabar menghadapi aku. Tanpa berkata lagi, dia menarik tanganku untuk lekas menuju IPA 5.

Tapi sebelum itu, aku melirik ke dalam IPA 6 dan tampak Kak Soobin yang melihat ke arah sini. Dia tersenyum lagi.

"Waw, Yej!" seruku menepuk bahu Yeji.

"Paan?" Waduh, jutek banget, dah.

"Kak Yeonjun dateng, Yej." Dia langsung berbalik mencari insan bernama Yeonjun itu. Dari tatapannya, bisa dibilang dia antusias. Barulah sampai aku bergerak perlahan memasuki kelas duluan dan-

"Dasar, Lia! Gua dibohongin!"

Lalu terdengar suara larian dan aku juga harus bergegas ke bangku. Karena sebenarnya kami juga satu bangku, Yeji tetap ada di sampingku. Tatapannya yang tajam itu semakin membuatku tertawa karena gemas saja melihatnya seperti itu.

"Awas, lo!" Andalannya saat marah padaku.

"Lopyu, Mbak Yej!" Andalanku saat dia marah padaku.

Bimbingan berjalan lancar walau dihiasi dengan ha-he, ha-he, ga paham. Ya, beginilah. Anak TYC juga murid biasa. Kami cuma lulus 2 tahun. Isi otak kurang-lebih sama.

"Semangat, bestie. Ga ada jamkos hari ini," ucap Yeji merangkulku lagi. Kami berjalan keluar dari IPA 5.

"Pak Suga ga jamkos, Mbak Yej?" tanyaku dan dia menjawab 'tidak'. Wah, auto sambat lagi, nih. Tanpa dirasa, sekolah berjalan normal kembali dan kami juga bimbingan.

Yeah, Alright ft. Lia ITZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang