12

19 5 0
                                    

"Reguler rapotan?" tanyaku di sela-sela kami yang membahas tentang anak reguler.

"Iya, ke mana aja lo?" tanya balik Yeji di sampingku. Aku hanya menyenggol badannya pelan sambil tertawa.

"Ini antara orang ga peduli banget sama orang ga denger berita 'sih," sindir Jaemin di hadapanku. Dia memasukkan batagornya ke dalam mulut setelah mengatakan itu.

"Dua-duanya bener kok. Tenang aja," balasku santai lalu menyedot jus jerukku.

"Kita kapan, ya, rapotan?" Shuhua yang di samping kiriku menarik perhatian kami semua.

"Semester aja belom selesai, mau rapotan." Yeji angkat bicara. Begitu selesai, dia menyedot jus alpukatnya.

"Pantesan dari tadi kok banyak orang asing. Ternyata wali murid," gumamku namun didengar oleh mereka semua.

"Yang peringkat dapat hadiah, ya. Kita ga sama sekali," ujar Chaewon yang mengamati setiap murid yang lewat di sekitar kami.

Dilihat dari mata, mereka iri. Tentu saja. Walau yang pasti nilai kami ada di atas mereka semua, tidak ada satu pun dari kami yang mendapat hadiah berupa benda. Kalau pujian, setiap waktu ada. Bahkan saat upacara bendera bagian amanat.

Ah, itu dia. Berjalan bersama bundanya menuju balik koridor satunya. Maksudku Kak Soobin. Dia melirik ke sini. Aku tidak berekspresi. Baru saat bundanya melirikku, aku mengangguk menyapa.

"Nyapa siapa lo?" Yeji mengikuti arah pandangku. Tapi sayang, mereka berdua sudah tidak terlihat.

"Ada," jawabku lanjut memakan biskuit kesukaanku.

Yeji hanya mendengus kesal dan melakukan hal yang sama.

Kami bersebelas nongkrong di kantin. Jamkos melanda karena setiap guru mapel pasti punya kelas yang harus dibagikan rapotnya.

Cukup puas kami bersantai di sini di tengah-tengah wajah tertekan para murid sekolah ini. Rapotan, bagus atau tidak hasilnya, pasti akan tetap bikin deg-deg an apalagi dibandingkan dengan anak tetangga.

"Reguler libur dua minggu. Kita libur dua hari," ujar Karina memeriksa grup kelas regulernya.

"Tenang, Rin. Kita setahun kok," balas Chaewon membanggakan libur kami yang setahun itu.

"Sindir halus. Saya suka gaya anda," celetuk Jaemin memberikan jempolnya.

"Wah, makan-makan, nih, ya!" seru seseorang membuat kami yang sebelumnya duduk seenaknya jadi duduk dengan sopan. Guru datang auto jaga image.

"Mesti kalo dighibahin dateng," gumam Onda di ujung sana. Kami meliriknya menyuruhnya diam sambil tertawa pelan.

Bu Sowon bergabung dengan kami padahal yang aku lihat sedari tadi tidak ada yang mengajak beliau. Tapi maaf, bu. Circle ini agak ketat, kata teman-temanku.

Intinya, benar saja, secara tidak langsung beliau—

"Liburnya satu tahun," ucap beliau di akhir kalimat. Kami sudah menduganya dan tidak kaget.

"Tetap semangat, ya. Tinggal satu semester lagi," lanjut Bu Sowon bergerak hendak menjauh.

"Baik, bu. Terima kasih," ucap kami hampir bersamaan dan kala kulihat wajah mereka tampak sekali keterpaksaannya.

Setelah kepergian Bu Sowon, semuanya menundukkan pandangan. Termasuk aku. Melakukan konflik batin di masing-masing diri dan sambat sepenuh hati.

"Dahlah, terakhir, nih! Semester depan pasti padet banget sama tugas apalagi ujian." Jaemin memberikan tos tinjunya pada masing-masing dari kami. Dia mencoba membangkitkan suasana.

Yeah, Alright ft. Lia ITZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang