24

17 4 0
                                    

Ada pengumuman bahwa minggu depan akan diadakan tour ke tiga tempat di kota kami. Diantaranya dua balai latihan kerja dan satu pantai. Inilah sekolah, wisata edukasi. Pasti akhirannya nanti suruh bikin laporan.

Agak malas aku sekolah hari ini entah mengapa. Aku rasa ada yang hilang tapi tak tahu apa. Sedari tadi Yeji juga menanyai tentang segala hal mengapa aku kelihatan kurang bercahaya seperti biasanya.

"Yej," sapa Kak Yeonjun di sampingku. Dia baru datang di kantin ini. Aku enggan menoleh.

"Napa temen lo, nih?" Tampaknya dia menanyakan tentang aku.

"Entah, kak. Dari pagi tadi, loh. Gua tanyain diem aja," jawab Yeji tapi aku sibuk memilih jajan di depanku.

"Apa gara-gara Soobin ga masuk, ya?" Kak Yeonjun sedikit memajukan wajahnya melihat wajahku lebih jelas. Mataku meliriknya kesal.

"Iya, Yej. Gara-gara Soobin ini," lanjut laki-laki itu sok tahu sambil berdiri normal dan meminum sodanya.

"Gara-gara Kak Soobin, Li?" Kini Yeji yang bertanya. Aku mengangkat pundak tidak tahu.

"Soobin ke RS, katanya," kata Kak Beomgyu di ujung sana.

"Udah tau," gumamku membayar kue cokelatku. Kang Winwin mengambilkan kembalian. Tiga orang di sekelilingku membeku.

"Makasih, kang," ucapku dan lekas pergi dari situ.

Hhh, aku sampai mengabaikan banyak orang. Kasihan mereka. Kasihan diriku. Masalah apa 'sih sampai bikin aku kepikiran begini? Ting! Ponselku berbunyi. Dengan malas, aku berhenti dan mengeceknya sebentar.

{ } WHATSAPP
Mama
📷 Foto

Dengan malas lagi, aku membuka foto itu dan— Mataku agak terbuka lebar. Agak terkejut Mama berfoto dengan Kak Soobin. Apa maksud semua ini?

"Wah, lampu hijau." Ada seseorang yang melihatnya juga di samping kiriku. Dia Kak Yeonjun.

"Mama lo kok bisa tau, Li?" tanya Yeji membuatku bingung.

"Tau apa?" tanyaku balik agak sinis.

"Tau apa yang dibutuhin anaknya," jawab seseorang di belakang. Ternyata Kak Beomgyu. Dia menikmati es tehnya dengan damai.

Fuhh, aku lelah dengan semua ini. Aku ingin lekas pulang dan beristirahat. Terserah dengan tugas. Aku benar-benar lelah sekarang.

Alih-alih mendapatkan apa yang kumau, ternyata Mama merusak itu. Tok, tok! Dibukanya pintu ruangan beliau. Tampak seseorang yang terbaring di ranjang pasien dan satu yang duduk di depan meja Mama. Dia tersenyum melihatku.

Demi Tuhan, aku kudu piye saiki? Ini bukan karena Kak Soobin tidak masuk sekolah, ini murni karena aku badmood dekat tanggal. Apapun akan aku benci.

Laki-laki itu menepuk kursi di sampingnya. Yang membuatku terkejut, itu tangan kanannya. Sudah dilepas arm slingnya? Cepat sekali!

"Sudah ga sakit, kak?" tanyaku duduk di sampingnya.

"Ngga. Waktu itu dipegang gini aja sakit, sekarang ngga," jawabnya mencoba memegang tangan kanannya.

Sekilas, tangan kiriku hendak terangkat menuju tangan kanan itu. Tapi lekas aku tarik dan merapikan rambutku. Astaga, apa yang hendak aku lakukan barusan? Menyentuhnya? Ceroboh sekaliii!

Ada bundanya di sini. Dan yang paling bahaya juga, ada Mama di sini. Tolong sedikit peka, Chalia.

Duk! Kepalaku jatuh mendarat di atas meja. Kantuk ini sudah tidak bisa dibendung lagi. Maaf, Kak Soobin dan bundanya, aku merasa tidak sopan seperti ini.

Yeah, Alright ft. Lia ITZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang