16

24 6 0
                                    

Dongpyo tampaknya masih kesal padaku karena kemarin. Aku pun sebenarnya tidak sengaja memikirkan tentang kakak. Kami berdua hanya saling diam di dalam mobil.

"Tumben, biasanya perang," kata Mama di depan sana. Beliau mengantar kami berdua karena hujan.

Namun sedihnya, tidak ada yang menjawab beliau. Kudengar Dongpyo mendengus kesal di sampingku. Aku pun mengalihkan pandangan ke arah jendela.

"Hari ini 1000 harinya kakak kalian. Mau beli apa buat kakak?"

"Dia belum mati, ma. Jangan bilang begitu," ujar Dongpyo dengan suara seraknya. Tidak biasanya.

"Iya, kita mau beli apa buat kakak?" tanya Mama sekali lagi menghilangkan pernyataan pertama.

"Game," jawabku masih memandang jendela.

"Oke, kamu, Dongpyo?"

"Buku." Jawabannya membuatku menoleh ke arah adikku ini. Dia balik menoleh ke arahku.

"Kenapa? Dia suka belajar 'kan?" Dahiku tertepuk tanganku sendiri. Kapan dia akan mengerti kalau kakak keluar rumah itu karena buku?!

"Buku gambar," lanjutnya melengkapi jawabannya. Aku agak rela kalau itu.

Fuhh, kami bertiga menghembuskan napas lelah. Papa sudah berangkat ke toko mengurus semua hal di sana. Sebentar lagi kami berhenti di depan sekolah Dongpyo un-

"Payungnya!" seru Mama mengingatkan anak bungsunya itu pada payung yang sudah disiapkan. Tapi dia tidak peduli.

"Hhh, kenapa lagi adikmu itu?" tanya Mama kembali menjalankan mobil ini.

"Kemarin ga sengaja bahas kakak, ma. Jadi dia agak.." Aku belum menemukan kata yang tepat.

"Dia paling seneng kalo main sama Lino, dulu. Lino juga seneng kalo main sama dia," ujar Mama membuatku mengerti mengapa Dongpyo semarah itu.

"Kamu ke mana 'sih, nak?" Suara Mama agak berat setelah beberapa saat diam. Aku khawatir beliau emosi dalam berkendara.

"Maa.." panggilku agar beliau kembali fokus. Ternyata lumayan berhasil. Kami sampai di tujuan dengan selamat.

Kubawa payungku menyusuri halaman depan sekolah. Di samping kanan sana ada parkiran. Beberapa murid di sana masih ragu untuk keluar karena tentu saja akan kebasahan.

Ting! Ponselku berbunyi. Tidak ada waktu untuk mengeceknya. Setidaknya aku harus masuk koridor dulu.

Ah, Kak Soobin. Dia masih di parkiran entah menunggu siapa. Apa dia takut kehujanan juga, ya? Samperin, ga? Samperin, ga?

Ngga. Dia punya budi apa aku sampai berbuat baik padanya? Aku juga tidak ingin diabaikan dua kali.

Tapi kakiku malah berjalan menuju parkiran. Ah, astaga. Ada apa ini?!

"Lo baik banget emang," ujar seseorang mendekatiku kala aku berada di bawah gedung parkiran.

"Makasih, ye," ucapnya merangkulku dan mengambil alih payungku.

"Duluan, Kak Soobin!" Nadanya mengejek sekali. Wajah Kak Soobin semakin suram melihatnya.

"Marah, Shu," tegurku tapi dia malah tertawa.

"Dia emang gitu. Biarin aja," balas Shuhua menenangkanku. Padahal Kak Soobin seperti sudah ingin meledak. Fuhh, mental baja memang Si Shuhua ini.

{ } WHATSAPP
Adekkkk
Kata mama nanti pulangnya agak telat

Ah, ternyata Dongpyo. Pulang agak telat katanya? Aku pulang jam berapa aku juga belum tahu. Ini belum sekolah normal. Habis liburan.

Duk! Pundakku tersenggol seseorang. Padahal aku rasa masih banyak ruang di sebelah sana. Kini dia menatapku agak berbeda, bukan yang biasanya.

Yeah, Alright ft. Lia ITZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang