"Udah, cukup," pintaku pada Dongpyo. Dia pun diam mengatup mulutnya.
Aku berdiri menuju kamarku. Tidak kuat aku mendengar ceritanya yang pernah ingin dia ceritakan padaku. Ternyata seperti itu. Aku baru tahu.
Kak Soobin, dia kehilangan kakaknya saat sedang berkendara. Dia satu-satunya korban selamat dari kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Cerita panjang yang tidak bisa aku jelaskan kembali ini semakin membuatku pecah. Entah mengapa, aku tidak sanggup lagi mengetahui tentangnya.
Di kamar, aku terdiam memandangi taman samping rumah. Mengingat semua yang pernah terjadi dulu. Dari awal kami memang tidak saling melihat satu sama lain. Hanya saat di parkiran itu.
Ah, astaga. Liburan tinggal hari ini dan aku hanya memikirkan orang itu. Bukan, ini bukan liburan. Hanya saja besok kami kembali ke sekolah dan tidak daring lagi. Akh! Lalu apa hubungannya denganku?! Mengapa dia terlihat sangat membenciku?!
"Apa cuma perasaan gua aja, ya?" tanyaku pada diri sendiri. Sudah tiga jam aku mengalami konflik batin membiarkan tugas fisika dari Pak Suga yang terpampang jelas di depanku.
"Oke, tapi harusnya waktu gua minta maaf, dia nyambung gua ngomongin apa." Masih berpikir keras aku di sini. Harusnya, jika memang itu masalahnya, dia tahu itu aku.
"Jadi selama ini dia tetep ga tahu kalau fyfm0 itu gua?! Ah, astaga!"
Baiklah, hari ini sekolah. Bagaimana pun reaksi Kak Soobin nanti, aku terima. Sengaja aku duduk di depan ruangan petugas perpustakaan. Kata Kak Eunbin, dia ada di sini pagi-pagi. Sekarang tidak ada bimbingan, masih libur.
"Kak," panggilku pelan sambil berjalan ke arahnya. Benar, dia ada di dalam sini. Dia hanya melirikku seperti biasanya.
Astaga, aku harus bilang apa?!
"Maaf, kak. Tapi sebenernya kenapa, ya? I-itu.. Kak Soobin kayak ga suka sama saya," ujarku sedikit memaksudkan tatapannya. Aku bilang apa 'sih ini, astaga?!
"Kenapa? Wajah gua memang begini," balasnya agak membuatku merinding. Dia menyeramkan sekali 'sih! Waduhhh!
"Ka—
"Kalo ga penting mending lo keluar aja, deh." Pandangannya beralih dariku. Kini dia membaca daftar buku di perpustakaan.
"Kak, saya minta maaf kalau ada salah," ucapku walau aku sendiri tidak tahu apa salahku.
"Terserah." Degh! Sakit. Hatiku sakit. Bisa-bisanya dia menjawab seperti itu!
Berusaha aku menahan emosi ini. Harusnya ini emosi biasa. Tapi tidak bisa aku tahan lagi. Jariku meremat telapak tanganku. Sakit. Kak Soobin, sebenarnya aku salah apa 'sih?!
"Udah? Keluar kalo udah," katanya santai tanpa melirikku. Tanganku lekas menyeka air mataku.
"Kak, sebenernya saya salah apa 'sih?! Kakak sinis sama saya. Ngomongnya kasar banget. Membedakan saya dengan petugas lain. Sebenernya saya salah apa, kak?!" tanyaku habis-habisan menahan tangis tapi air mataku jatuh yang kedua kalinya.
Tidak sedikit pun dia menoleh ke arahku. Pandangannya juga tidak berubah sedikit pun dari daftar itu. Dia.. Tanganku terangkat hendak memukulnya dari belakang, tapi— Aku berhenti. Aku tidak bisa seperti ini.
"Maaf, kak. Saya keluar sekarang," ucapku dan lekas keluar dari ruangan ini. Pun begitu, dia tidak peduli.
Sampai di laboratorium, teman-teman sudah siap dengan topi dan jas mereka. Ini waktunya upacara.
Diam-diam mataku membendung air mata yang masih tersisa. Ingin aku seka tapi takut ketahuan guru. Ingin menunduk tapi takut menetes.
"Bubar pasukan, jalan!" Tangan kami semua hormat pada pemimpin upacara. Lepas selesai, sedikit aku mencuri timing untuk membersihkan bekas air mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yeah, Alright ft. Lia ITZY
FanfictionKami asing, tidak mengenal satu sama lain. Terpaksa bertemu setiap hari di planet yang sama membuatku ingin menyingkirkannya. Nyatanya, aku yang menjadi bulan dan dia buminya. Itulah mengapa di dunia ada karma. Yeah, Alright. Setiap masalah pasti ad...