4

25 9 0
                                    

Terdiam aku menatap layar ponselku yang menampilkan hal yang paling tidak aku percaya selama ini. Sendirian di kelas menjadi suasana khas untuk berpikir keras tentang apa yang terjadi. Kakak kelas itu, dasar dia. Aku lelah!

Tidak kusangka pada akhirnya situasi yang paling aku takuti telah muncul saat ini. Walau hanya sedikit, tapi itu bisa saja tumbuh menjadi situasi yang lebih parah dari sebelumnya.

Setelah dilihat-lihat, dia memang tampan. Tapi aku rasa itu saja tidak cukup. Awal ini, aku menyukai rambutnya. Entah mengapa aku jatuh hati pada rambutnya yang bisa se-smooth itu dan bahkan mudah diatur!

Ah, astaga. Aku sampai tersenyum sendiri mengingatnya yang pernah menyisir rambutnya ke belakang di perkumpulan petugas kemarin.

"Ngapain lo?" tanya seseorang yang baru saja masuk laboratorium kimia. Dia menatapku heran.

"Apa 'sih? Emang gua kenapa?" tanyaku balik tidak terima.

"Serem banget senyam-senyum sendiri." Jaemin duduk di bangkunya. Berada di belakangku.

"Gapapa, sekali-sekali. Sejarah lo udah?" tanyaku sambil berbalik untuk melihatnya. Buku sejarah yang dia pegang membuat mataku berbinar.

"Belom, Li. Tau ndiri 'kan tadi malam sampe begadang belom selesai juga." Mulutku cemberut menanggapinya.

"Lo malah ngilang. Ketiduran lo?"

"Hehe."

"Heha, hehe. Karina murka tau rasa lo," katanya menakut-nakutiku dengan membawa si peringkat satu.

Beralih mengerjakan tugas dengan Jaemin, tidak membuatku lupa seketika dengan apa yang terjadi kemarin. Berkali-kali aku harus meminta penghapus pulpennya dan membuatnya tidak sabar. Tapi dia Jaemin, dia berusaha sabar.

"Heh, Li. Kakak kelas lo—

"Shht!" Telunjukku lekas berada di depan mulut. Membuat orang itu tidak jadi mengatakan sesuatu tentang kakak kelas itu.

"Gila dia. Ternyata ganteng juga, ya," lanjut Yeji duduk di sampingku. Dia mengeluarkan buku sejarahnya juga. Hhh, sama saja.

"Kita ini IPA apa IPS 'sih? Masih ada aja ekonomi sama sejarah. Mana tugasnya paling banyak lagi," keluhnya sedangkan aku dan Jaemin diam saja.

"Sahut, kek. Gimana, kek. Diem mulu lo berdua!"

"Introvert cenderung diam," gumam Jaemin menghasilkan asap-asap di balik kepala Yeji.

Ting! Ponselku. Lekas kutaruh pulpen ini dan meraihnya. Mereka yang berdua itu tampak tidak peduli.

{ } INSTAGRAM
[fyfm0] soobinsaputra
Habis ngurus kartu perpustakaan

"Gila, Yej!" seruku memukul pundaknya. Aku tidak percaya ini bisa terjadi.

"Kenapa lo?" tanyanya masih saja setia mengerjakan tugasnya.

"Gapapa, nanti aja." Aku menaruh kembali ponselku dan menyelesaikan tugas ini. Sejarah jam pertama.

Tapi ternyata, jam sejarah diisi dengan full materi. Tugas tidak disinggung sama sekali tapi malah ditambah lagi. Karina sudah kesal-kesal sendiri menggerutu begitu guru keluar.

"Baru juga selesai tugas yang sebelumnya, ditambahi lagi!" kesalnya disahut oleh anggota kelas lainnya.

"Iya, astaga. Dikira robot apa?"

"Kita 'kan memang robot, bestie. Kita strong dan full battery," sahut Yeji yang akhirnya tepar juga mengerjakan tugas.

"Pengen libur!"

"Iya, ya. Kita ga libur satu setengah tahun," sadarku mengingat liburan semester kemarin kami tidak libur lagi. Tetap ke sekolah.

Teman-teman masih saja membahas tugas ini. Aku memilih untuk mendengarkan saja karena lelah juga harus sambat pakai mulut. Jadi aku mencoba sibuk untuk membuka dm instagram lagi. Tugas sejarah biar nanti waktu pulang sekolah saja bersama Yeji.

Yeah, Alright ft. Lia ITZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang