***
Suara ayam berkokok menjadi alarm Sisil yang membangunkan dari tidur lelapnya. Saking nyenyaknya Sisil sampai tidak sadar jika dia sudah tertidur lebih dari sepuluh jam.
Wanita berambut acak-acakan itu mengernyitkan dahinya dengan dalam, meraba-raba atas nakas hingga menemukan handphonenya disana, menatap jam yang sudah menunjukan pukul sebelas menjelang siang.Wanita itu lantas menguap lebar dan bangkit dari duduknya, dengan mata tertutup wanita itu menyibak gorden lalu tersentak saat dihadapkan dengan kandang kambing yang sedang makan rumput. Keningnya lantas berkerut dalam.
"Aish!"
"Sudah bangun, Neng?" Sisil menutup kembali gorden dan membalikan tubuhnya. Senyumannya kontan melebar ketika melihat sosok wanita tua berkerudung merah, masuk kedalam kamar seraya membawa susu dan sepiring nasi goreng.
Pantas saja Sisil mencium aroma enak sejak bangun.
Iya, Sisil pergi dari rumah dan mengendarai mobilnya menuju rumah nenek dan kakek ---tujuan pertama yang langsung muncul dalam otaknya. Meskipun dia harus menempuh berjam-jam karena jarak yang sangat jauh, karena tempat dimana kakek dan neneknya tinggal itu disebuah kampung yang cukup pedalaman. Sisil tidak takut dengan hilangnya sinyal, justru dia bersyukur agar orang-orang tidak akan mengganggu waktu healingnya.
Kakek dan Nenek tidak datang saat acara pernikahan Sesil karena jaraknya yang jauh membuat mereka tentu akan terganggu kesehatannya, mereka hanya mengirimkan beberapa hadiah saja. Maka dari itu ketika Sisil sampai, mereka terkejut akan kehadirannya dan tak lama kemudian Sisil langsung tepar dikamar yang Neneknya siapkan.
Sisil merasa senang karena setidaknya dia memiliki rumah lain sebagai tempat singgah.
"Makan yang banyak. Kalau ada apa-apa panggil Nenek saja." Sisil tersenyum manis dengan kedua pipi menggembung, usapan tangan Nenek dipuncak kepalanya mampu menepis semua rasa amarah yang sempat menguasainya.
"Nek, aku bisa minta pindah kamar gak?" Kening Nenek kontan berkerut dalam.
"Kenapa? Kurang luas kah?"
Sisil dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Bukan. Soalnya gak enak aja pemandangannya, pas bangun tidur bukan sawah yang ijo-ijo, tapi tai kambing yang item-item!" Celetuknya diakhiri cengiran yang membuat Nenek tergelak.
Nenek dan Kakek tinggal berdua disebuah desa yang terletak didaerah kabupaten Garut. Jauh dari bisingnya kota dan juga polusi udara.
Dimasa tuanya, Nenek dan Kakek benar-benar menikmati waktu mereka dengan bertani serta berternak. Kambing dan domba yang Sisil temui saat bangun tidur, itu adalah kambing kesayangan Kakek dan katanya akan mengerti jika diajak berbincang.Meskipun ditempat ini Sisil tidak mendapatkan jaringan internet, dia merasa tidak keberatan karena memiliki Kakek dan Nenek yang akan menemaninya. Dia akan meninggalkan sementara kegiatan yang dia lakukan dikota, selain itu Sisil juga bersyukur karena kakek dan neneknya tidak banyak bertanya. Jadi dia tidak perlu repot-repot bercerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin, Yuk! (TAMAT)
RomanceSilvia, wanita yang harus ditinggal nikah oleh kekasih dan adiknya, membuatnya harus kembali memupuskan impian pernikahan diusia 27 dan selalu dikatai perawan tua oleh tante-tantenya. Sampai akhirnya dia terpaksa kabur ke kampung halaman sang nenek...