Kawin, Yuk! - Bagian 30

30.1K 2.1K 22
                                    

Ini sengaja aku update marathon sampe akhir soalnya setelah ini aku mau rest sebentar. Aku lagi ada masalah yg lumayan menguras tenaga dan mental, jadi aku gak mau ngerasa punya utang karena milih rest sebelum tamatin ceritanya. Semoga semuanya cepat membaik supaya aku bisa next karya2 lainnya juga😊

 Semoga semuanya cepat membaik supaya aku bisa next karya2 lainnya juga😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kedua bola mata Sisil berbinar-binar memandangi kedua punggung lengannya yang baru saja selesai mendapatkan henna. Ukiran berwarna merah gelap itu, tampak sangat cocok dikulitnya, serta kutek merah cerah yang dia kenakan pada kuku panjangnya. Benar-benar indah sampai Sisil tidak bisa berkata-kata.
Disaat mamanya menyarankan untuk dia kenakan henna putih, Sisil justru menginginkan sebaliknya. Rasanya jika warna putih itu tidak akan terlihat mencolok dan tertutup oleh gaunnya yang sepenuhnya berwarna putih, dia ingin tambahan warna pada dirinya dan henna merah pekat adalah pilihan yang tepat. Dia tidak kecewa akan hasilnya.

"Sudah! Ah ... cantiknya!" Seru seorang MUA berhijab yang usianya tidak jauh dari Sisil. Sisil memanggilnya Teh Sarah karena kebetulan dia orang Sunda juga. Bandung lebih tepatnya dan Teh Sarah adalah kenalan mamanya.

Kini Sisil kembali terpanah melihat pantulan sempurna didepan cermin. Wanita yang telah banyak menangis karena hinaan dan patah hati, dihari ini tampak cantik dengan polesan make up pengantin. Akhirnya Sisil berhasil membungkam mulut semua orang dengan pembuktian. Bukti bahwa dia juga pantas dicintai dan mendapatkan pria yang akan menjadi suaminya, menjadi pelindung nanti baginya. Sisil bahagia setelah apa yang dia lalui, setelah begitu banyak tumpahan air keluar dari matanya, kini Sisil bisa tersenyum dengan lebar menyambut kebahagiaannya.

Hari ini, dia adalah bintangnya!

"Sisil? Udah, Nak?"

Sisil menolehkan kepalanya, menatap sang mama yang berdiri diambang pintu seraya memandanginya dengan kedua bola mata yang berbinar. Dia mengangguk dan berjalan menghampiri wanita berkebaya merah muda yang juga tak kalah cantik dihari ini, Sisil mengangkat gaunnya agar tak terinjak saat berjalan, berdiri dihadapan Murni yang langsung merentangkan kedua lengan untuk memeluknya.

"Anak gadis Mama sebentar lagi jadi istri orang. Maafin Mama, ya, kalo misalnya banyak salah. Selama ini sebagai seorang ibu mungkin Mama banyak kurangnya, selalu tidak mengerti dengan apa mau Sisil. Tapi harus Sisil tau kalo Mama sama Ayah, sayang banget sama Sisil. Anak pertama yang menjadikan kami orangtua, yang pertama kali menjadikan Mama sebagai seorang ibu. Terima kasih karena telah memilih Mama sebagai orangtua kamu." Hati Sisil terasa tercubit. Kedua matanya terasa memanas dan mengabur, namun sebisa mungkin Sisil menahan air matanya agar tak terjatuh.

Beberapa hari sebelum akad, dia masih merasa baik-baik saja dan tidak merasakan kesedihan karena mungkin cepat atau lambat dia akan berjauhan dengan orangtuanya, karena Sisil masih berpikir dia memiliki sisa waktu beberapa hari dirumah sebelum pergi ke kampung bersama Yayan. Iya, dia memutuskan akan tinggal disana dengan mertuanya dan masalah pekerjaan, Sisil bisa ke Jakarta sesekali untuk mengecek butiknya. Sisil ingin mengabdikan dirinya sebagai seorang istri namun tetap berkarir, dan Yayan tidak melarangnya. Pria itu bahkan berencana akan membuat ruang kerjanya saat rumah mereka selesai dibangun nanti, jadi Sisil tetap bisa menjahit dan menyalurkan ide-idenya.

Kawin, Yuk! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang