Kawin, Yuk! - Bagian 13

22.6K 2.4K 62
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Yayan menautkan kesepuluh jemarinya dan menatap lurus kedepan, deburan ombak pantai ancol serta hembusan angin yang kencang berhasil menerbangkan anakan rambut hitamnya namun tak mampu menyingkirkan keresahan yang sejak tadi muncul dalam hati.
Setelah menjemput Abahnya, mereka tidak langsung pulang ke Garut tapi memilih istirahat sebentar di hotel dan melanjutkan perjalanan ba'da ashar. Agar tidak terlalu pusing mengingat Mang Karman serta Nindi yang tidak biasa naik mobil jauh-jauh.

Disaat semua orang menunggu makanan tersaji, Yayan memilih untuk menikmati pemandangan pantai sembari meredakan penat. Sekaligus memikirkan apa yang harus dia katakan untuk meminta maaf kepada Sisil yang sudah pasti sangat marah, mengingat nada bicara wanita itu pagi tadi. Salahnya juga sebenarnya tapi Yayan tidak bisa melakukan apapun karena Abahnya yang meminta. Nindi datang pagi-pagi ke rumahnya dan bilang jika Abah menghubungi wanita itu, mengatakan agar dia bisa ikut. Tentu saja Yayan tidak bisa menolak kalau Abah yang menyuruh.

"Kang Yayan gak nunggu disana aja? Disini panas." Pria itu mendongakan kepalanya pada Nindi yang baru saja datang dan ikut duduk disampingnya.

"Enggak, disini adem kok." Nindi hanya manggut-manggut pelan.

"Tempatnya enak, Nindi mana pernah pergi jauh-jauh ke Jakarta apalagi dibawa ke Ancol. Karena Kang Yayan, Nindi bisa tau gimana rupanya Ancol." Pria itu terkikih, menyandarkan punggungnya pada kepala kursi rotan.

"Abah udah turun dari kamar?" Tanyanya yang langsung mendapat anggukan dari Nindi. "Dia ngomong apa aja ke kamu?" Kedua bahu wanita itu menegang seketika, matanya melirik-lirik Yayan dengan ragu.

Yayan menautkan sebelah alisnya seraya menanti jawaban dari Nindi. "Itu ... Abah bilang ... dia nanyain kondisi peternakan. Katanya Aa dapat masalah atau enggak ... gitu!" Pria itu berdehem pelan dan kembali diam membuat Nindi menghembuskan nafas.

"Rencananya aku mau ajak Sisil ketemu Abah, tapi karena mobilnya gak muat malah gak jadi."

Kening Nindi berkerut dalam. "Aa mau ngenalin Sisil ke Abah? Sekarang?" Tanyanya memastikan.

"Iya. Lebih cepat lebih baik." Jawaban yang Yayan berikan berhasil membuat Nindi merasa ketar-ketir. Perasaannya mendadak tak karuan seketika.

"Tapi, A! Apa A Yayan bener-bener udah yakin sama Teh Sisil? Maksudnya ... Teh Sisil pernah ditinggalin sama pacarnya dan bisa aja ada masalah sama Teh Sisil 'kan? Aa gak takut gitu kalo misalnya masalah sama terulang? Lagipula apa Yayan yakin Teh Sisil udah move on dari mantannya? Bahaya tau, A, menikah disaat pasangan kita belum selesai dengan masa lalunya. Harus dipastikan bersih dulu," tuturnya panjang lebar diakhiri tatapan lekat menghunus Yayan.

Yayan diam seketika, lidahnya mendadak terasa kelu dan tidak bisa menjawab perkataan Nindi barusan. Pikirannya kembali bergelut.
Benar juga, apa Sisil benar-benar sudah melupakan mantan kekasihnya? Mungkin dia melihat Sisil membenci pria bernama Juan itu tapi bisa jadi benci itu tanda dari rasa cinta yang terpendam juga 'kan?

Kawin, Yuk! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang