***
"Sil, tunggu aku! Sisil, dengerin aku sebentar ... Silvia!"
Sisil menghentak lengan Yayan yang terus berusaha menggapainya. Ditatapnya wajah tegas itu dengan nanar, kedua matanya sudah memerah serta penuh oleh air mata.
Hatinya terasa sangat panas, bahkan lebih panas dari saat dia mengetahui perselingkuhan Juan dan Sesil. Melihat Yayan yang lebih menghargai Nindi dibanding dirinya itu berhasil melukainya.
Sisil sudah terima saat Yayan mengatakan mereka akan makan bersama, tapi dia tidak bisa menahan diri saat makanannya nyaris tak tersentuh oleh tangan pria itu. Siapa yang tidak kesal? Keputusan Sisil untuk memberikannya pada Wisnu padahal sudah benar dan seharusnya dia tidak perlu mendengarkan Yayan."Niat aku kesini tadinya mau meluruskan semuanya! Aku pengen damai dan perjuangin semuanya sama kamu. Coba cari jalan keluar sama-sama. Tapi malah ini yang aku dapatin!" Sentaknya dengan air mata bercucuran, membuat Yayan menggeleng pelan.
"Sil, ini hanya masalah makanan. Kita bisa bicarain semuanya baik-baik."
"Hanya kamu bilang?" Beo Sisil cepat, kepalanya terus mendongak. "Kalo kamu gak bisa menghargai masalah kecil sekalipun kamu juga gak akan bisa menghargai masalah besar! Kamu gak tau gimana sakitnya hati aku dan malunya aku saat liat kamu bahkan gak nyentuh sedikitpun makanan yang aku buat. Aku sadar kalo emang makanan aku mungkin gak seenak ayam buatan Nindi, tapi dari awal aku gak maksa kamu buat ambil!"
Yayan memejamkan kedua matanya erat, kedua lengannya terulur lalu memegang bahu Sisil. "Aku salah. Oke? Aku salah dan aku minta maaf. Gak sedikitpun aku ada niatan buat gak ngehargain usaha kamu, tapi-"
"Tapi apa?" Potong Sisil dengan cepat, wanita itu benar-benar sedang dikuasai oleh emosi sekarang. "Kamu buat keyakinan aku semakin mengikis setiap harinya! Kalo emang kamu gak niat dari awal gak usah tawarin keseriusan sama aku!" Mata Yayan melebar, rahangnya mengetat seketika.
Sisil menahan isakannya meskipun air matanya sudah mengalir membasahi pipi. "Kamu gak tau apa yang aku takutin. Aku begitu takut dengan sebuah hubungan tapi kamu bukannya menyembuhkan malah semakin buat aku takut!" Cengkraman dibahunya mengendur seketika. Yayan melepaskan pegangannya.
"Jadi kamu emang belum yakin aku bisa jadi calon suami yang baik? Yang kamu harapin?"
"Iya! Kamu belum bisa seperti yang aku harapkan dan gak akan bisa selagi kamu masih memprioritaskan Nindi dibanding aku!" Timpal Sisil tanpa ragu, menekan dada Yayan dengan telunjuknya.
Yayan menarik senyuman getir. "Aku udau bilang dari awal agar kita untuk lebih saling mengenal dan memahami. Mengetahui watak masing-masing dan juga kelemahan yang ada di diri kita. Tapi kamu belum ternyata belum tau betul aku gimana." Kening Sisil berkerut dengan dalam.
"Kenapa sih, Sil? Aku udah bilang aku gak pernah main-main sama ucapan aku dan aku juga bilang kalo aku gak bisa jadi laki-laki romantis. Ada banyak hal yang aku utamain dalam hidup aku, tapi bukan berarti kamu gak ada didalam daftar itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin, Yuk! (TAMAT)
RomanceSilvia, wanita yang harus ditinggal nikah oleh kekasih dan adiknya, membuatnya harus kembali memupuskan impian pernikahan diusia 27 dan selalu dikatai perawan tua oleh tante-tantenya. Sampai akhirnya dia terpaksa kabur ke kampung halaman sang nenek...