Spoiler! Cerita ini gak nyampe 30+ part
***
Bisa kembali menghirup udara desa ini menjadi sebuah kesenangan tersendiri bagi Sisil. Seolah tidak ingin menyia-nyiakan kembali kesempatan yang ia miliki, pada akhirnya Sisil membulatkan tekadnya.
Kedua kaki berbalut sneakers hijau, menyentuh rumput yang menjadi tempat untuk berpijak. Senyuman manis pun sejak tadi terus tersungging menghiasi wajah cantiknya, serta penampilannya yang sedikit menonjol membuat beberapa orang disana memperhatikan kehadirannya.Sisil tahu dia datang diwaktu yang tidak tepat, tapi dia tidak bisa jika harus menunggu sampai sore apalagi esok hari. Maka dari itu dia ingin memberikan sebuah kejutan, datang dijam-jam sibuknya para peternak bekerja ---dan mungkin akan sedikit merecoki mereka.
"Teh Sisil?"
Sayang ekspektasi tak selalu sesuai dengan realita, bayangan untuk bertemu dengan pria terkasih harus menguap dan malah sosok menyebalkan Sisil tatap untuk kali pertama.
Nindi berdiri dalam jarak semeter, ditangannya memegang sebuah ember berisi sedikit air. Wanita itu tampak sama terkejutnya dengan Sisil, namun tak lama kemudian ekspresinya berubah menjadi ketus."Ada yang bisa Nindi bantu?" Sisil berdecak, cukup mengagumi sopan santun yang Nindi miliki meskipun ketidaksukaan terlihat jelas dari caranya menatap.
"Enggak. Saya cuman mau ketemu Kang Yayan doang." Kening wanita bertopi rotan itu kembali berkerut.
"A Yayan? Dia gak masuk."
Seolah waktu yang berputar dengan cepat, kini giliran Sisil yang mengernyitkan dahinya secara dalam. Menatap Nindi dengan ragu. "Teh Sisil gak tau? A Yayan lagi dirawat di puskesmas, kena demam berdarah." Tak cukup dikejutkan oleh kata yang pertama, kini Nindi berhasil melemparkan sebuah petasan yang membuat jantungnya seolah meletup.
"Demam berdarah?" Beonya disertai raut tak percaya.
Kepala Nindi mengangguk dengan cepat, raut wajah yang semula dingin perlahan berubah penuh ejekan. "Nindi pikir A Yayan udah kasih tau Teh Sisil, secara 'kan kalian sebentar lagi lamaran. Tapi ternyata Nindi salah, Teh Sisil benar-benar gak tau apapun soal A Yayan. Yakin, Teh? Mau jadi istrinya A Yayan, emang bisa ngurusnya?" Kedua mata Sisil melebar, kedua lengannya kontan mengepal erat tatkala Nindi berhasil menyenggol pertahanan emosinya.
Nindi itu benar-benar amazing, parasnya menunjukan seolah-olah dia adalah wanita yang lugu dan menyenangkan. Keramahan yang selama ini dia pasang seolah menjadi topeng dan membuat orang lain selalu mempercayainya, Sisil cukup terkejut mendengar nada bicaranya yang semakin berani tanpa memandang dengan siapa dia berhadapan. Wanita muda itu seperti ular yang meludahkan bisanya secara akurat.
"Harusnya kamu bisa jaga kata-kata kamu karena itu bisa berbalik buruk pada diri kamu sendiri." Sisil mengangkat dagunya dengan angkuh, dia tidak mau kalah oleh anak ingusan seperti Nindi. "Btw, thanks karena udah kasih tau saya mengenai kondisi Kang Yayan. Saya ngerti kenapa Kang Yayan gak kasih tau saya dia lagi sakit, karena dia gak mau buat saya khawatir. Nindi, harusnya kamu banyak belajar dari kesalahan, ya? Bagaimanapun juga kamu lebih muda dari saya dan masih perlu banyak bimbingan," selorohnya seraya menepuk puncak kepala Nindi sebelum akhirnya membalikan tubuh dan melenggang pergi dari tempat tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin, Yuk! (TAMAT)
RomanceSilvia, wanita yang harus ditinggal nikah oleh kekasih dan adiknya, membuatnya harus kembali memupuskan impian pernikahan diusia 27 dan selalu dikatai perawan tua oleh tante-tantenya. Sampai akhirnya dia terpaksa kabur ke kampung halaman sang nenek...