***
M
ama
Sil, ada kabar baik buat keluarga kita. Sesil sedang hamil, Mama harap kamu mau pulang sebentar dia mau ketemu sama kamu.Sesil hamil?
Sisil mengernyitkan keningnya dengan dalam. Secepat itu? Pikirnya.
Tanpa berniat membalas pesan dari ibunya, Sisil meletakan benda pipih tersebut keatas meja lalu menghembuskan nafasnya yang mendadak terasa berat. Wanita mengusap wajahnya gusar.
Sisil pikir dengan kehadiran Yayan dihidupnya sudah cukup untuk membuatnya lupa terhadap Juan maupun Sesil. Tapi ternyata dia salah. Tidak semudah itu menghilangkan semua rasa yang melekat didada meskipun dia selalu bersama dengan Yayan setiap harinya.
Itu semua belum cukup untuk membuatnya move on sepenuhnya dari Juan.Sekarang Sesil tengah mengandung anak Juan, dimana adiknya itu telah seutuhnya memiliki Juan untuk hidupnya. Rasanya Sisil tak terima, ketidakadilan masih tetap mengelilinginya dan Sisil tidak akan bisa memaafkan mereka dalam waktu dekat. Tidak peduli sekeras apapun mereka meminta dirinya untuk pulang atau memohon sekalipun, Sisil akan mengeraskan hatinya.
Biarkan saja dia egois, karena mereka tidak pernah membuat Sisil bahagia.
Suasana kampung pagi ini terasa lebih dingin dan juga berembun tebal. Ditangannya menenteng sebuah keresek berisi sabun cuci dan juga shampo dari warung. Sisil menghentikan langkahnya tepat disebuah jalan setapak, menghadapkan tubuhnya pada sawah hijau milik kakeknya. Dia menghirup dalam-dalam udara, membuat paru-parunya terasa ikut dingin.
Ini jauh lebih baik.
"Eh, Teh Sisil?" Kelopak mata yang semula tertutup mendadak terbuka saat suara milik Nindi masuk ke lubang telinganya.
Sisil kontan menoleh, kedua alisnya menukik tajam kala mendapati wanita muda berambut cepol yang melangkah mendekat seraya memasukan kedua lengan kedalam saku jaketnya.
"Wah, cantik 'kan, Teh? Pemandangannya. Kalo orangtua Nindi punya sawah seluas ini, sudah pasti banyak laki-laki yang akan incar Nindi."
Heh? Apa maksudnya?
"Udah dua tahun Nindi bekerja dipeternakan A Yayan, sampai Nindi hafal seluk beluk tempat itu. Tapi Nindi belum bisa dapatkan apa yang Nindi mau," lanjut Nindi diakhiri senyuman tipisnya.
"Maksudnya apa? To the point aja!"
Nindi menautkan sebelah alis dan menyerongkan tubuhnya kepada Sisil. "Nindi cinta sama A Yayan, Teh. Dia cinta pertama Nindi. Bekerja dipeternakan A Yayan berharap Nindi bisa dapatin hatinya A Yayan dan juga merubah kehidupan Nindi serta keluarga. Bisa Teteh bayangin juga 'kan? Nindi yang anak buruh tani kalo menikah dengan A Yayan, sesejahtera apa hidup Nindi." Sisil mengangkat sudut bibirnya, merasa kurang menyetujui perkataan Nindi barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin, Yuk! (TAMAT)
RomanceSilvia, wanita yang harus ditinggal nikah oleh kekasih dan adiknya, membuatnya harus kembali memupuskan impian pernikahan diusia 27 dan selalu dikatai perawan tua oleh tante-tantenya. Sampai akhirnya dia terpaksa kabur ke kampung halaman sang nenek...