***
Dihari weekend ini, keluarga Sisil dan Yayan sepakat untuk pergi jalan-jalan setelah kemarin melangsungkan pertunangan. Rencana ini dibuat atas usulan ayah Sisil dan Yayan yang katakan untuk mempererat tali kekeluargaan mereka, bisa dibilang kedua calon besan itu mau saling mengenal lebih dalam mengingat kurang dalam waktu dua bulan lagi kedua putra serta putri mereka akan menikah.
Yayan bahkan sengaja mengajak Wisnu yang sebelumnya segan untuk ikut karena kakek dan nenek tidak ikut, tapi ayah terus membujuknya sampai akhirnya pria itu mau pergi bersama didalam mobil ayah yang juga ada Juan serta Sesil.Pagi-pagi sekali mereka sudah bersiap-siap agar tidak pulang kemalaman nantinya. Sudah sekian lama Sisil tidak merasakan kehangatan ini, biasanya mereka selalu sibuk dengan urusan pekerjaan masing-masing tapi sekarang keluarganya mengambil jatah cuti demi merekatkan hubungan mereka yang sebelumnya sempat renggang. Terutama antara Sisil dan Sesil.
"Nindi ikut juga?" Sisil bertanya tepat setelah mendapati wanita berambut kuncir kuda yang berdiri dibelakang Abah dan Ambu. Keningnya bekerut dalam seraya melirik Yayan yang berdiri menunggunya disamping mobil.
"Iya, Neng. Ambu yang ajak, Nindi udah kayak adiknya Yayan soalnya. Biar dia bisa refreshing juga supaya gak butek liat kambing sama domba terus," sambar Ambu diakhiri senyuman manisnya.
Sisil hanya ber-oh ria sembari menganggukan kepalanya. Dia berusaha untuk tak mempedulikan wanita itu lagi, karena dimulai dari kemarin Sisil telah sepenuhnya mempercayai Yayan. Selain itu Nindi juga ikut kedalam mobil Abah yang kebetulan berpisah dengan Yayan. Jadi, untuk kali ini Sisil tidak akan mempermasalahkan kehadiran Nindi.
Tujuan mereka adalah Situ Bagendit. Sisil dan Yayan sudah mengunjunginya beberapa bulan yang lalu, malahan Sisil merekomendasikan tempat baru, tapi Sesil malah menyela dan ingin pergi ketempat itu karena dia belum pernah kesana. Sempat terjadi perdebatan sengit antara dua saudara tersebut sebelum akhirnya Sisil mengalah tepat setelah Sesil membawa kata-kata 'ngidam'.
"Cemberut?" Yayan yang tengah mengemudikan mobilnya melirik Sisil disampingnya. Wanita berambut cepol itu sejak tadi belum terlihat tersenyum.
Sisil menatap Yayan dan berdecak pelan. "Aku tuh, bukan mau kesana. Iya sih, tempatnya emang cantik. Tapi 'kan kita udah kesana belum lama, masa kesana lagi?" Keluhnya, membuat Yayan mengerti akan apa yang sejak tadi membuat wanitanya murung. Iya, wanitanya.
Yayan mengulurkan tangannya dan menggenggam lembut jemari Sisil, mengusap punggung tangan wanita itu. "Gakpapa. Nanti setelah dari sana, kita melipir ke tempat lain." Bibir wanita itu melengkung kebawah.
"Nanti Ayah pasti ngomel kalo aku pergi dari kelompok."
"Gak akan, 'kan perginya sama aku. Gak bakalan ada yang marahin kamu. Nanti kita pergi berdua, aku tau tempat yang bagus. Semoga kamu suka," ujarnya diakhiri dengan senyuman manis yang membuat Sisil ikut tersenyum. Wanita itu mengangguk seketika dan membalas genggaman Yayan tak kalah erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin, Yuk! (TAMAT)
RomanceSilvia, wanita yang harus ditinggal nikah oleh kekasih dan adiknya, membuatnya harus kembali memupuskan impian pernikahan diusia 27 dan selalu dikatai perawan tua oleh tante-tantenya. Sampai akhirnya dia terpaksa kabur ke kampung halaman sang nenek...