Kawin, Yuk! - Bagian 9

23.2K 2.4K 119
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Melihat Juan pulang dengan tangan kosong, semua orang yang berada dirumah hanya bisa menghela nafas kasar mereka. Perjalanan yang sangat panjang ditambah sikap Sisil, pasti membuat Juan semakin kelelahan. Wajah pria itu terlihat lebih pucat saat duduk diruang tengah.

"Gakpapa, Juan. Mungkin Sisil masih butuh waktu untuk tenangin diri," ucap ayah sembari menepuk bahunya.

Kabar tentang Sisil berada di Garut sendiri adalah dari ayah. Pria itu berkata, yakin jika Sisil ada disana jika tidak ada di butik maupun rumah teman-temannya. Dan hal itu terbukti setelah ayah menelepon kakek. Sebenarnya ayah sudah mencegah Juan untuk pergi kesana, tetapi menantunya itu bersikeras untuk tetap pergi. Mau ikut atau tidak Sisil nantinya, ya bagaimana nanti saja.

"Sisil bilang, dia akan pulang kalo rencana perjodohannya dibatalin, Yah." Ayah berdehem, menganggukan kepala seolah-olah telah tahu jika Sisil akan berkata demikian.

"Ayah, batalin aja. Kasian Kak Sisil," timpal Sesil yang duduk disamping Juan. Wanita itu terlihat semakin murung setiap harinya dan membuat semua orang merasa cemas.

Kabar kehamilan Sesil tentunya diketahui oleh kedua orangtuanya, orang kedua yang Sesil beritahu setelah Juan adalah ayahnya. Mengatakan bahwa dia sedang mengandung janin dari Juan, meskipun sempat mendapat amukan yang tidak diketahui oleh siapapun, pada akhirnya semua akan terbongkar juga nantinya. Hanya tinggal menunggu waktu, bom akan segera meledak.

Maka dari itu ayah keukeuh tidak mau mendengar protesan Sisil, bukan tidak iba apalagi tidak mengerti perasaan anak pertamanya, masalahnya diposisi ini Sesil sangat membutuhkan Juan. Ayah sudah menduga semuanya akan serumit sekarang.

"Kalo Sisil gak menikah diusianya yang sekarang, dia akan semakin diledek sama orang-orang. Kamu mau itu terjadi?" Juan menatap Sesil yang kini memandanginya.

"Kak Sisil gak salah, jadi kenapa orang-orang harus ledek Kak Sisil? Apa salahnya dengan usia Kak Sisil? Dia bisa mendapatkan suami yang dia mau, jangan paksa Kak Sisil. Kalian makin buat Kak Sisil benci sama aku!" Tegas Sesil lalu bangkit dan berjalan pergi tanpa memedulikan suami dan orangtuanya.

"Sesilia!" Ayah mengangkat lengan pada menantunya, menghentikan Juan yang hendak menyusul putrinya.

"Biarin dulu. Mereka sama-sama sensitif, bair Ayah cari jalan keluar lain buat mereka." Juan hanya bisa mengangguk pasrah dan menyandarkan bahunya ke kepala sofa.

Pikirannya benar-benar terasa penuh oleh berbagai macam hal, entah itu istrinya, mantan kekasih dan juga pria asing yang dia temui di rumah kakek. Pria itu membuat Juan merasa sedikit terganggu.

Melihat Sisil yang tampak dekat dengan peia tersebut, Juan menduga kalau mereka sudah mengenal cukup lama. Tapi apa hubungan mereka?

***

Kawin, Yuk! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang