Kawin, Yuk! - Bagian 5

25.1K 2.5K 41
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Neng, hayuk bangun! Habis subuhan gak baik langsung tidur. Nanti rezekinya dimakan kambing, lho. Ayo!"

Sisil melenguh panjang dengan kedua tangan meregang keatas. Wanita itu berdecak pelan saat pipinya terus ditepuk oleh sang nenek dan membuatnya mau tak mau harus bangun, padahal semalam dia baru tidur pukul dua belas malam karena mendadak susah tidur. Gara-gara menangis karena memikirkan suami orang, Sisil berakhir harus menceritakan semuanya pada sang kakek.

Melihat cucu perempuannya yang matanya masih merem, Nenek hanya menggelengkan kepala lalu mencubit lengan Sisil sampai membuat sang empu meringis karena sakit.

"Bangun. Cuci muka sana! Ditungguin Den Yayan itu didepan!"

Bak sebuah sihir, kedua kelopak mata Sisil melebar seketika tatkala nama Yayan disebut oleh neneknya. Dia menoleh dan menatap wanita tua itu cengo.

"Maksud Nenek?"

"Den Yayan nungguin kamu dari tadi, katanya mau ngajak jalan pagi disekitar kampung. Kamunya tidur udah kayak munding, neblek! Anak perawan mana boleh begitu!" Cerocos nenek dengan sedikit nada jengkel.

Dengan cepat Sisil bangkit dan berlari keluar dari kamar tanpa sempat mencuci muka, dia hanya ingin memastikan perkataan neneknya itu benar atau hanya berbohong saja supaya dia bangun.
Namun saat matanya melihat sosok pria tengah tertawa bersama kakeknya diruang tengah, Sisil merasa merinding seketika. Jadi, neneknya memang tidak berbohong.

"Kang Yayan?"

Aktivitas mengobrol Yayan seketika terhenti ketika suara Sisil memanggil namanya. Senyumannya seketika melebar ketika mendapati seorang wanita yang sejak tadi dia tunggu, kini berjalan menghampirinya dengan muka bengkak khas bangun tidur.

"Udah bangun? Tadinya saya mau ajak kamu keluar hirup udara pagi, sambil sarapan juga kalo kamu gak keberatan." Sisil menggaruk tengkuknya yang tak gatal, rasanya entah kenapa dia jadi tidak seantusias seperti pertama kali bertemu Yayan.

"Pergi aja, Neng. Sekalian lihat-lihat dikampung kita ada apa aja. Seru, lho!" Sambar kakek yang sejak tadi duduk dikursi.

Wanita itu melirik Yayan kembali, mendapati sebuah tatapan yang rasanya menarik Sisil untuk mengangguk menyetujui. Meskipun sebenarnya dia sedikit malas dan mau tidur saja sampai siang.

Seperti yang kakeknya bilang, jalan kaki dipagi hari melewati jalan setapak bebatuan, terasa menyenangkan karena Sisil langsung disuguhi pemandangan para petani yang sedang bercocok padi di sawah. Hamparan luasnya lahan sawah tersebut benar-benar membuat Sisil merasa takjub, dan orang-orang terlihat sangat antusias seraya sesekali tertawa bersama rekan mereka.
Sisil merasa hatinya menghangat. Bahkan mereka mendapatkan kebahagiaan dengan cara yang sederhana. Bertemu kawan di sawah dan bercanda gurau. Itu saja.

"Ini sawah Kakek kamu." Suara Yayan berhasil memecah lamunan Sisil, wanita itu kontan menoleh pada pria yang saat ini berdiri menjulang disampingnya.

"Ha? Ini? Punya Kakek?" Beonya dengan tatapan tak percaya dan Yayan mengangguk.

Kawin, Yuk! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang