***
Sisil menatap pantulan wajahnya dicermin. Kantung mata yang sebelumnya terlihat menghitam serta wajah kusamnya, kini berhasil dia tutupi dengan make up simple dan menjadi terlihat lebih layak untuk dipandang orang lain.
Hari ini, setelah memikirkannya dengan matang-matang dan juga mendiskusikan bersama kedua orangtuanya, Sisil akan tetap menepati janji temunya dengan pihak WO. Semula ayahnya mengatakan untuk dia mengundur waktu lagi saja, karena tidak mungkin juga dia sendirian. Tapi Sisil tidak enak pada Bu Nina ---pihak wedding organizer--- bukan hanya wanita itu sudah menyisihkan waktu, pun karena Sisil mengenalnya dengan sangat baik. Dia tidak ingin membuat Bu Nina menganggapnya tidak professional. Selama ini mereka sering bekerja sama setiap mendapat panggilan pernikahan orang-orang, dimana mereka menyerahkan dekorasi, photography, serta pakaian satu set. Jadi lebih praktis. Itu juga yang Sisil lakukan untuk pernikahannya.Dia akan pergi sendirian, menyocokan gaun untuknya dan juga memilih tuxedo calon suaminya. Bodo amat mau Yayan suka atau tidak, mau muat atau tidak. Sisil hanya akan menebak saja nanti.
"Beneran mau sendiri, Kak?" Baru saja turun dari lantai atas, Sisil sudah disambut pertanyaan adiknya. Dia hanya mengangguk tanpa bersuara. "Kalo mau, Mas Juan bisa anterin Kakak, kok. Asal Kakak gak sendiri, tempatnya lumayan jauh, 'kan?" Sesil kembali memotongnya dengan suara yang terdengar cemas.
Sisil cukup kaget mendengarnya, karena Sesil ternyata menawarkan secara sukarela suaminya untuk mengantar dirinya. Padahal Sesil tahu dia ini mantan kekasih Juan, apa adiknya itu tidak berpikir sebelum berbicara?
"Gak usah. Ini bukan pertama kalinya gue kesana. Jadi gak perlu khawatir. Gue gak butuh sopir, kok!" Juan yang semula tengah menyesap tehnya, kontan mendongak dan mendapati tatapan sinis Sisil.
"Y-yaudah ... Kakak hati-hati," timpal Sesil dengan terbata dan menatap kepergian sang kakak dengan tatapan sendu.
Padahal dia hanya takut jika kakaknya kembali pulang larut seperti sebelum-sebelumnya. Meskipun bukan keputusan yang baik dengan menawarkan Juan sebagai sopir Sisil, tapi itu lebih baik daripada Sisil sendirian. Meskipun wanita itu dengan tegas tetap menolaknya.
Gerakan Sisil yang hendak menyalakan mesin mobilnya mendadak terurung saat mendengar denting notifikasi pada handphone-nya.
Kang Yayan💋
Kamu dimana?Tanpa berniat untuk membuka atau membalasnya, Sisil mengabaikan pop up notifikasi tersebut dan memilih untuk segea berangkat menuju tempat tujuan. Khusus untuk hari ini, dia harus terlihat ceria untuk menunjukan pada Bu Nina jika dirinya bahagia menyambut pernikahannya. Memang Sisil bahagia kok, hanya saja terasa ada yang kurang tanpa kehadiran Yayan yang tidak pernah menemaninya.
Membutuhkan waktu setengah jam untuk Sisil sampai didepan sebuah gedung WO milik Bu Nina. Wanita itu gegas turun dan menenteng tas kulit berwarna hitam kesayangannya yang terlihat sangat berkilap serta mahal. Senyuman manis tersungging di wajah Sisil ketika menghampiri seorang resepsionis yang berjaga didepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin, Yuk! (TAMAT)
RomanceSilvia, wanita yang harus ditinggal nikah oleh kekasih dan adiknya, membuatnya harus kembali memupuskan impian pernikahan diusia 27 dan selalu dikatai perawan tua oleh tante-tantenya. Sampai akhirnya dia terpaksa kabur ke kampung halaman sang nenek...