***
"Hati-hati, ya? Kalo udah sampe jangan lupa kabarin aku."
Yayan menyunggingkan sebuah senyuman simpul kala mendengar peringat dari Sisil, pria itu mengusap puncak kepala wanita tersebut lalu menganggukan kepalanya dengan cepat.
"Pasti. Jaga diri disini, nanti kita pasti ketemu lagi."
Sisil hanya membalas dengan gerakan kepalanya sebelum akhirnya membiarkan Yayan berjalan menuju mobil, menghampiri Wisnu yang sejak tadi sudah siap untuk pulang.
Setelah berpamitan pada orangtuanya, Yayan akhirnya akan segera pulang kembali ke Garut, mereka berpisah lagi untuk beberapa waktu dan jujur saja Sisil merasa sedikit tidak rela.
Rasanya jika Nindi masih berada disekitar pria itu Sisil tidak akan merasa tenang. Biarkan saja dia dianggap posesif atau pecemburu, jika sampai dirinya ditikung lagi 'kan yang merasakan sakitnya bukan orang lain.Wanita itu melambaikan tangannya ketika Yayan menekan klakson untuknya sebelum akhirnya mereka berdua benar-benar pergi meninggalkan kediaman Sisil. Meskipun hanya tiga hari, tapi Sisil tetap senang karena kedatangan Yayan adalah untuk dirinya. Semoga pria itu bisa sampai dengan selamat ke tempat tujuannya.
"Aduh, Sisil! Calon suaminya keker banget, Tante denger katanya juragan ternak? Sawahnya juga pasti banyak itu di kampung!" Celetuk seorang wanita yang tak lain ialah tetangga Sisil. Memang sejak tadi mereka sedang menonton acara pamitan Yayan dan Wisnu, baru sekarang berani membuka mulut mereka lagi.
Mendengar itu Sisil lantas tersenyum dengan sangat manis, meskipun dalam hati masih menyimpan dendam akan kejadian diacara empat bulanan Sesil. "Alhamdulillah ya, Tante." Dia hanya menjawab seadanya tanpa berniat untuk membalas lebih, lebih baik segera berangkat ke butik daripada meladeni tetangga julid.
"Si Sisil cowoknya emang cakep-cakep sama tajir, tapi sayangnya dari dulu suka enggak jadi! Apa yang ini bakalan bener? Apalagi mereka jauhan gitu, pasti banyak perempuan lebih cantik dan muda dari Sisil 'kan?" Bisik-bisik itu kembali melewat dengan tak sopan ke pendengaran Sisil, menyalakan api yang semula padam menjadi berkobar.
"Udah biarin aja! Itu resiko punya cowok ganteng, ya, udah pasti banyak saingan. Kalo dia kegeser sama yang lebih cantik gak usah aneh, harusnya Sisil sadar diri kalo dia udah tua. Bisa dapatin aki-aki aja kayaknya dia harus bersyukur."
Sisil mengepalkan kedua tangannya dengan erat, kepalanya menoleh dan melayangkan tatapan tajam pada dua wanita yang berusia sama seperti mamanya itu. Bisa-bisanya mengatakan kejelekan tentang dirinya setelah baru saja memuji. Ya Tuhan, Sisil merasa benar-benar ketiban sial karena tetangganya tidak ada yang baik satupun.
Julid dan bermuka dua!
"Kampret!"
Meladeni orang-orang yang selalu ikut campur kedalam masalah seseorang, tanpa tahu sumbernya dimana, itu tidak akan ada habisnya. Manusia itu sudah tabiatnya membicarakan satu sama lain, baik maupun buruk, sakit ataupun sehat, mulut mereka tidak akan berhenti berceloteh ---kecuali mati.
Sisil tahu betul jika kehidupannya tidak akan lepas dari pengawasan orang lain sebelum akhirnya mereka akan menilai, semakin dewasa dia semakin memahami kalau dia tidak bisa membuat mereka diam hanya dengan menegur atau mengamuk sekalipun, itu hanya akan sia-sia dan membuang tenaga saja. Jadi lebih baik dia menutup telinga dan melakukan apapun yang dia mau sesuka hatinya, selagi itu tidak akan membuat rugi orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin, Yuk! (TAMAT)
RomanceSilvia, wanita yang harus ditinggal nikah oleh kekasih dan adiknya, membuatnya harus kembali memupuskan impian pernikahan diusia 27 dan selalu dikatai perawan tua oleh tante-tantenya. Sampai akhirnya dia terpaksa kabur ke kampung halaman sang nenek...