***
"Nenek kok, gak pernah kasih tau aku kalo yang sering kerja sama bareng Kakek seganteng itu?"
Sisil mengalihkan perhatiannya yang semula ke ruang tengah, kini pada sang nenek yang tengah membuat teh serta suguhan. Wanita itu masih merasa tak percaya karena bisa bertemu dengan sosok pria seperti Yayan, yang katanya adalah pengirim stok rumput berkualitas sekaligus juragan kambing dikampung ini. Kata Wisnu sih, begitu.
Mendengar itu, nenek hanya menggelengkan kepalanya pelan lalu mencubit pelan pipi cucunya. "Ngapain Nenek bilang-bilang? Kalian 'kan emang gak saling kenal." Diulurkannya nampan berisi dua cangkir teh tersebut kearah Sisil.
"Kenapa gak dikenalin aja? Sisil mah gakpapa sama modelan Kang Yayan. Dibandingin sama si Juan kurus kerempeng, ya, mending Kang Yayan. Badannya juga oke dipake senderan!" Celetuknya dengan mulut memanyun.
Membuat nenek terbahak. "Gak baik membandingkan orang seperti itu, Neng. Udah sana kasih tehnya, sekalian urus masalah mobil kamu." Senyuman Sisil kembali muncul dalam hitungan detik.
"Oke!" Serunya bersemangat, karena tahu akan berhadapan dengan Yayan lagi.
"Nah, ini cucu Aki, Den Yayan. Namanya Sisil yang tadi kokosodan didepan mobil. Tolong dimaklum, ya, soalnya abis ditinggal nikah sama pacarnya!" Sisil mendengus pelan, melirik kakek yang bisa-bisanya mengatakan aibnya didepan Yayan. Bagaimana jika pria itu berpikiran tidak-tidak tentangnya nanti.
Yayan hanya tertawa kecil sembari menunduk. "Maafin saya, Sisil. Mobilnya udah saya kirim ke bengkel, kok. Mungkin butuh beberapa hari buat dibenerin." Sisil terkejut ketika nada bicara Yayan ini tidak seperti Wisnu. Terkesan santai dan seperti orang kota. Tidak memiliki logat maksudnya.
Sisil lantas mengangguk sekali. "Iya, Kang Yayan, gakpapa. Asal udah tanggung jawab." Yayan kembali tertawa yang entah kenapa suara tawanya itu merdu sekali.
"Neng, Den Yayan ini kenalan Kakek. Biasanya Kakek langganan beli kambing atau domba dari peternakan dia, bagus-bagus sama sehat-sehat. Selain itu rumput buat pakannya juga pada seger. Kamu bisa belajar sama Den Yayan kalau mau, daripada cuman diam dirumah aja." Kakek berbicara seraya mengusap lutut Sisil. Nadanya yang lembut masuk dengan sangat sopan ke telinga wanita itu.
Sisil mengulum senyumnya. Itu tandanya, jika dia belajar bersama Yayan intensitas pertemuan mereka akan semakin sering juga?
"Emang boleh, Kek?" Tanyanya.
"Kalau kamu serius mau belajar mah Kakek dukung, Kakek juga sudah percaya kalau sama Den Yayan. Biar kamu ada pemahaman soal peternakan juga, Neng. Gak butek mantengin layar komputer doang." Sisil mengangguk dengan antusias, melirik Yayan yang ternyata sejak tadi juga memperhatikannya.
Aduh, salah tidak sih, kalau Sisil sudah move on dalam jangka waktu dua hari?
Andita benar, orang tepat akan datang diwaktu yang tepat juga. Kalau belum tepat maka Sisil sendiri yang akan menetapkan Yayan. Siapa suruh ganteng?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin, Yuk! (TAMAT)
RomanceSilvia, wanita yang harus ditinggal nikah oleh kekasih dan adiknya, membuatnya harus kembali memupuskan impian pernikahan diusia 27 dan selalu dikatai perawan tua oleh tante-tantenya. Sampai akhirnya dia terpaksa kabur ke kampung halaman sang nenek...