***
"Alhamdulillah. Sampai dengan selamat, Tuan Putri."
Sisil tertawa setelah turun dari atas motor Yayan. Hari ini benar-benar menjadi hari yang menyenangkan karena bisa terus mengobrol bersama Yayan. Selain itu pertemuannya bersama Ambu menjadi bonusnya.
"Mobil kamu udah datang?" Kening Sisil berkerut dalam ketika mendengar pertanyaan Yayan, pria itu menunjuk kebelakang tubuhnya dengan dagu membuat Sisil mau tak mau membalikan tubuh. Mobilnya kan dibawa ke bengkel.
Senyuman diwajah Sisil seketika luntur saat melihat mobil hitam terparkir dihalaman rumahnya. Mobil yang sangat familier dimata dan juga ingatannya. Sisil yakin dia tidak akan salah menebak.
"Kang Yayan, mau mampir?" Sisil menatap Yayan tanpa senyuman, membuat pria itu menekuk alis tebalnya.
"Boleh."
Keduanya sama-sama turun dan melangkah beriringan memasuki kawasan rumah bercat krem tersebut, meskipun Yayan tidak tahu apa yang membuat ekspresi Sisil mendadak berubah drastis dari sebelumnya. Sepertinya memang ada sesuatu yang tidak beres.
"Assalamualaikum!"
Kedua mata Sisil melebar tatkala mendapati seorang pria berkemeja maroon, duduk diatas kursi bersama kakek dan juga neneknya. Pria berkacamata yang tengah tersenyum manis kepadanya.
"Juan?" Yayan melihat Sisil yang tampaknya kurang menyukai kehadiran pria tersebut. Bolehkah dia menebak jika pria itu adalah alasan utama perginya Sisil dari rumah?
"Neng sudah pulang? Mau mandi dulu?" Nenek berdiri dan hendak menghampiri Sisil, namun wanita itu dengan cepat menggelengkan kepalanya.
"Sepertinya ada tamu penting sampai jauh-jauh datang kesini. Gak sopan kalo aku langsung pergi, Nek."
Sisil menatap tajam Juan yang kini bangkit dan menghampirinya. Pria bertubuh tinggi itu entah kenapa malah terlihat semakin tampan setelah menikah. Tanda bahwa Juan bahagia kah?
Ketika Juan mengulurkan lengan kearahnya, Sisil refleks mencekal lengan Yayan dengan begitu erat, membuat kedua pria tersebut sama-sama tersentak."Ada apa? Bisa bicara apa tujuan lo tanpa perlu basa-basi!" Ketusnya dengan sedikit menggeram, menahan emosinya yang sudah kembali naik pitam.
"Aku mau jemput kamu pulang." Kening Sisil berkerut dengan dalam. "Orang rumah khawatir sama kamu dan cariin kamu, dan aku kesini untuk bawa kamu." Wanita itu tertawa sumbang.
"Gue bukan ditempat orang lain, gue ada dirumah kakek dan nenek gue sendiri jadi ngapain gue pulang? Mereka bahkan gak harapin gue disana jadi buat apa? Lebih baik lo pergi dari sini, gue gak mau liat muka lo-"
"Sil, pikirin orangtua lo!" Tegas Juan, memotong perkataan Sisil dengan cepat. Pria itu memejamkan kedua matanya dengan lama. "Mereka kayak gitu karena peduli sama lo, gue dan Sesil juga peduli sama lo. Kita lakuin itu demi kebaikan lo-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin, Yuk! (TAMAT)
RomanceSilvia, wanita yang harus ditinggal nikah oleh kekasih dan adiknya, membuatnya harus kembali memupuskan impian pernikahan diusia 27 dan selalu dikatai perawan tua oleh tante-tantenya. Sampai akhirnya dia terpaksa kabur ke kampung halaman sang nenek...