Epilog - Kawin, Yuk!

32.8K 2K 82
                                    

"Terkadang sesuatu tidak harus sesuai dengan apa yang kita inginkan, tapi itu bukan pertanda bahwa akhir yang kita miliki adalah sesuatu yang buruk." -Jingga senja❤

***

Suara tangisan bayi yang terdengar begitu kencang sampai membuat seluruh anggota keluarga yang sejak tadi menunggu diluar ruangan bersalin, tersentak dan sama-sama melempar pandang satu sama lain.
Tak lama kemudian seorang pria bertubuh tinggi keluar dari dalam, melepas masker hingga menunjukan air mata yang sudah membanjiri wajahnya.

"Bayinya ... perempuan."

Semua orang sontak mengucap syukur dan saling memberi selamat kepada satu sama lain, seorang wanita paruh baya berkulit putih pucat, memeluk tubuh putranya hingga tangisan itu kembali pecah dalam pelukan sang ibu. "Selamat, kamu sudah menjadi Ayah." Isakan pria itu terdengar, pelukannya kian mengerat dan membuat semua orang memandangnya dengan penuh haru.

Sisil tersentak saat sebuah tangan menyelinap ke bahunya, wanita yang sejak tadi menjadi penonton drama mengharukan tersebut, berhasil dibuat terkejut oleh kehadiran suaminya yang baru dia sadari. Pria itu tercengir dan mengangkat dua paper bag yang Sisil yakin isinya adalah baju bayi, untuk keponakannya yang baru saja lahir.
Ya, Sesil telah melahirkan bayi pertamanya secara normal setelah belasan jam mengalami kontraksi. Bayi perempuan pertama yang menjadi cucu dikeluarganya. Sisil merasa senang karena adik dan juga keponakannya baik-baik saja meskipun wajah Sesil masih terlihat pucat dan kelelahan.

Seiring berjalannya waktu, kebencian yang Sisil pupuk perlahan mengikis dan berganti menjadi kasih sayang terhadap adiknya. Meskipun kesalahan itu tidak bisa dia lupakan, setidaknya Sisil tidak bisa mengubur fakta bahwa Sesil adalah adik kandungnya dan dia mulai bersikap hangat seperti dulu lagi ---kecuali pada Juan tentu saja. Sisil sudah mencoba untuk menganggap pria itu sebagai adik iparnya dan bersikap senormal mungkin, tapi emosinya masih selalu tersulut setiap melihat mukanya.
Membuat Yayan harus selalu menegur caranya bersikap pada pria itu, karena bagaimanapun Juan adalah keluarga mereka sekarang.

"Kerjaannya udah beres?" Tanya Sisil sembari memeluk pinggang suaminya. Yayan datang kesini dadakan setelah Sisil mengabarinya serta menyuruh pria itu membeli hadiah untuk bayinya Sesil.

Yayan mengangguk cepat, mereka sudah tak bertemu tiga hari karena Sisil yang menghadiri acara fashion week di Jakarta. Rindu sekali rasanya. Maka dari itu Yayan langsung memeluk istrinya tepat setelah mendapati eksistensi sang istri di lorong rumah sakit.
Pria itu memberikan ciuman beberapa saat dipuncak kepala Sisil, hal tersebut membuat sang empu tak bisa untuk menyembunyikan senyumannya.

"Aku kangen banget sama kamu."

"Sama. Maaf, ya? Aku sibuk akhir-akhir ini." Yayan mengangguk pelan.

"It's okay. Bayinya cewek apa cowok?"

"Cewek. Aku penasaran mukanya mirip siapa, tapi aku harap gak mirip sama Juan?" Yayan mendesis pelan lalu mencubit ujung hidung istrinya.

"Kan dia bapaknya, jangan aneh-aneh, deh."

Sisil mendelikan matanya dan kembali menatap sosok Juan yang kini menatap kearahnya. Pria itu tersenyum sangat tipis sebelum akhirnya kembali masuk ke dalam ruangan setelah perawat memanggilnya.
Ada sedikit rasa tak enak mengingat sikap Juan yang selama ini selalu baik padanya, pria itu tidak pernah merasa keberatan harus menghadapi kakak ipar julid seperti dirinya. Hanya sedikit tidak enak, bukan bersalah. Karena yang harusnya bersalah tetaplah Juan.

"Cantik," puji Sisil seraya tersenyum manis ketika menatap bayi menggemaskan yang sedang tertidur didalam box.

Bayi perempuan yang sebelumnya tidak tahu seperti apa rupanya, saat ini terlihat begitu lelap dalam mimpi dibalut selimut dan ciput merah muda. Sisil jadi membayangkan, jika saat itu Sesil benar-benar menggugurkannya mungkin bayi gemas ini tidak akan terlahir. Jika Sisil mempertahankan egonya dan Juan tak melepasnya, bayi ini akan menjadi korbannya.

Keponakan perempuannya. Hati Sisil mendadak terasa ngilu dan entah kenapa ingin sekali dia menangis. Tiba-tiba bayi itu melengkungkan sebuah senyuman dalam tidurnya, membuat Sisil terkekeh pelan begitupula dengan Sesil yang sejak tadi memperhatikan mereka.

"Dia seneng itu, ketemu sama Aunty-nya." Sisil mengangguk pelan dan menarik selimut bayi itu lebih atas.

"Selamat, ya? Sekarang kamu udah jadi seorang ibu. Semoga kalian bahagia selalu." Sesil menarik senyuman simpul, wanita itu mengulurkan tangannya pada sang kakak yang langsung disambut oleh genggaman Sisil.

"Makasih, Kak. Karena udah kasih aku kesempatan untuk jadi adik yang lebih baik buat Kakak. Jujur, sampe sekarang aku masih selalu dibayang-bayangi rasa bersalah atas apa yang aku perbuat sama Kakak. Rasanya aku gak pantes mendapat maaf Kakak, tapi aku gak bisa lebih jauh lagi dari Kakak." Kedua mata Sesil berkaca-kaca, bibirnya sedikit gemetar karena menahan tangis. Kepalanya menunduk dengan dalam.

Sisil menghembuskan nafasnya perlahan, sebelah tangannya bergerak menyentuh dagu Sesil dan mengangkatnya. Ditatapnya wajah sang adik yang sekarang telah dewasa, bahkan menjadi seorang ibu. Sudah tidak lagi membutuhkan dirinya untuk menjadi pelindung.

"Kita lupain itu. Jangan mengungkit hal yang akan menyakiti kita. Aku masih berusaha bersihin luka aku jadi aku harap kamu juga bisa menjalani kehidupan kamu dengan lebih baik. Sekarang, aku udah bahagia sama Kang Yayan dan aku rasa gak ada waktu untuk berlarut dalam rasa sakit disaat aku memiliki seribu alasan untuk tersenyum," tuturnya dengan tenang disertai senyuman yang terus tersungging.

Hal itu membuat Sesil langsung memeluk sang kakak dengan erat, mengusap air mata yang terjatuh membasahi pipinya. "Aku beruntung punya Kakak. Karena jika orang lain yang jadi kakak aku, aku gak yakin dia bisa sehebat Kak Sisil." Sisil mengusap kepala adiknya dengan lembut, memejamkan kedua kelopak matanya seiring dengan beban yang perlahan terangkat dari kedua bahunya.

Sisil hanya sedang mencoba untuk menjadi istri, anak, serta saudara yang baik bagi suami, orangtua, dan adiknya. Masih banyak hal yang harus Sisil pelajari dalam hidup ini, dan tentunya tidak mudah dia hadapi. Ini masihlah awal dan Sisil yakin didepan sana, sesuatu atau sebuah kejutan tengah menantinya.


***



Finally!



I wanna say thank youuu sooo muchh banyak buat para readers yang setia dilapak ini, karena udah selalu kasih komentar yang membuat aku merasa terhibur serta semangat juga. Aku minta maaf kalo masih terdapat banyak kekurangan dalam cerita-cerita aku, dan aku masih selalu berusaha untuk memperbaikinya juga. Jadi jangan sungkan untuk memberikan kritik beserta saran dengan kata-kata yang baik serta mudah aku pahami.

See you dicerita selanjutnya!



Sukabumi, 31 Juli 2022

Kawin, Yuk! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang