Kawin, Yuk! - Bagian 10

25.6K 2.4K 57
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Entah sudah berapa puluh kali Sisil bolak-balik bak setrikaan. Wanita berpiyama biru itu terlihat sangat tak tenang sembari menggigit ujung kukunya, tentunya tingkah anehnya tersebut membuat kakek beserta neneknya mengernyit kebingungan. Kepala mereka sampai ikut pusing karena melihat cucu perempuan mereka terus berputar didepan televisi. Semua itu dimulai setelah kepulangan Yayan dari rumah mereka, nenek bahkan sampai penasaran apa yang kedua anak muda itu bicarakan sehingga Sisil mendadak menjadi manusia setrika.

Sisil menyibak rambut coklatnya, ucapan Yayan terus terngiang dikedua telinganya. Saking tak percayanya Sisil sampai meyakinkan diri bahwa telinganya tidak salah tangkap.

Yayan melamarnya?

Secepat itu?

Mereka bahkan belum ada satu bulan mengenal lalu kenapa bisa Yayan melamarnya dengan begitu yakin?

Sisil benar-benar seperti orang bodoh saat dihadapan Yayan tadi. Rasanya dia tidak bisa untuk menolak, terlalu sayang juga jika menolak tanpa berpikir. Sampai akhirnya dia hanya mengangguk tanpa suara dan senyuman Yayan menjadi hal terakhir penutup pertemuan mereka.

"Neng, jangan muter kayak gitu atuh! Nenek pusing liatnya!" Gerakan Sisil seketika terhenti, matanya menatap gusar sang nenek yang kini geleng-geleng kepala.

Sisil lantas bergerak menghampiri mereka dan duduk diatas karpet seraya memegang bahu neneknya. "Nek, aku harus gimana? Aku bingung?" Nenek lantas mengernyitkan keningnya.

"Kamu bingung apalagi Nenek atuh, Neng! Nenek bingung ngeliat kamu kayak gini. Ada apa?" Sisil mendesis pelan. Haruskah dia mengatakan ini?

"Tadi ... anu ... Kang Yayan, dia ... lamar aku, Nek." Nenek dan kakek saling memandang satu sama lain, senyuman tidak lantas lepas dari wajah mereka setelah mendengar pernyataan dari mulut cucu mereka.

"Alhamdulillah!" Seru kakek tiba-tiba sambil mengangkat kedua lengannya diudara, membuat Sisil membulatkan kedua matanya.

"Ih, kok Kakek gitu?!"

"Lah, terus Kakek harus gimana? Ini kabar baik ya, sudah tentu Kakek harus hamdalah. Lagian kenapa kamu bingung, Neng? Bukannya kamu mau menikah, itu Kang Yayan ajak nikah, kok, malah kayak orang kepikiran hutang!" Celetuknya terkesan enteng.

Sisil berdecak kesal dan melipat kedua kakinya. "Kek, aku sama Kang Yayan itu belum kenal lama. Selain itu aku juga baru aja kena musibah abis ditinggal nikah, bukannya ini terlalu mendadak?"

"Si Eneng mah ngebingungin. Ditinggal nikah sama pacarnya marah-marah sambil nangis-nangis, sekarang pas ada yang datang ngajak nikah malah kayak gini. Terus maunya bagaimana, Neng?" Tanya Nenek yang tampaknya mulai jengah dengan sikap plin-plan Sisil.

Jangankan neneknya, Sisil saja kesal dengan sifatnya ini.

"Kalo sama Den Yayan mah Kakek setuju-setuju aja. Soalnya Kakek sudah tau babat, bebet, bobotnya seperti apa. Den Yayan anak yang baik dan bertanggung jawab. Keluarganya juga baik-baik. Masalah kalian baru kenal, kan bisa saling pendekatan dulu. Dia gak mau buru-buru nikah bukan?" Sisil menggelengkan kepalanya. "Nah, itu! Neng, kalo udah ada yang niat serius dan tau orangnya bagaimana gak usah ragu. Justru ini jalan yang Allah kasih, Dia memberikan pasangan yang benar-benar serius tanpa ngajak pacaran bertahun-tahun yang justru jatohnya dosa. Kalian sudah sama-sama dewasa dan tau apa yang serta buruknya. Kalo menurut Kakek sih, hayu saja."

Kawin, Yuk! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang