Kawin, Yuk! - Bagian 20

24K 2.3K 65
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sisil menyerahkan dua kaftan berwarna wardah kearah mama dan Sesil, yang kini menatapnya dengan bingung. "Pakai, ya? Buat acara empat bulanan Sesil nanti." Kedua bola mata Sesil berbinar seketika, dengan bahagia wanita itu menerimanya lalu memeluknya dengan erat.

"Bagus banget, Kak. Makasih banyak!" Sisil hanya mengulas senyumannya dengan tipis.

Sejak kemarin orang-orang dirumahnya sibuk mengurus persiapan acara empat bulanan Sesil yang rencananya akan digelar malam ini. Namun sejak memulai persiapan pun Sisil tidak berniat untuk membantu dan tidak peduli ---lebih tepatnya berusaha untuk tidak peduli---, dia memilih untuk menyibukan diri di butik mengurus semua pelanggannya.
Butiknya memang tengah kebanjiran pesanan gaun yang dia rancang, para wanita berdatangan bersama pasangan mereka. Terlihat begitu bahagia ketika mencoba gaun pernikahan mereka.

Sisil iri. Selama ini dia yang selalu memberikan gaun terbaik untuk seorang pengantin terlihat seperti ratu dihari bersejarah mereka. Tapi dia belum tahu kapan dirinya sendiri bisa mengenakan gaun indah itu, dihari pernikahannya.
Sudah sekian lama namun tidak ada yang berubah. Dia masih tetap seperti ini dan sendirian. Hanya menjalani hidup sebagaimana harusnya mengalir saja, dan yang terpenting Sisil tidak berharap lagi kepada orang lain.

Sebenarnya tidak ada niat khusus memberikan kaftan pada adik dan mamanya, Sisil hanya kepikiran jika mereka belum sempat memilih pakaian saking sibuknya mengurus acara yang akan terlaksana. Maka dari itu dia berinisiatif untuk memberikannya, dia juga punya yang sama seperti mereka dan akan memakainya malam nanti.

"Kakak, nanti duduknya disamping aku, ya? Sama Mama." Sisil memandang Sesil yang baru saja bergelayutan pada lengannya, membuat Sesil yang sadar langsung melepasnya.

"Gimana nanti aja," jawabnya singkat.

Ya, seperti itu Sisil sekarang. Tidak sehangat dulu namun juga tidak sedingin sebelumnya. Meskipun masih selalu menyahuti ketika Sesil berbicara, tetap saja rasanya berbeda karena Sisil sering tidak menatapnya ketika bersuara. Padahal dulu mereka selalu berbincang sambil bercanda bersama, Sesil sangat merindukan kehangatan kakaknya. Demi apapun!

"Gustii ... ponakanku, cantiknya!"

Sisil mendelikan bola mata ketika menatap segerombolan keluarganya yang baru saja datang, dimana para ibu-ibu rempong yang sangat Sisil yakin akan membuatnya kesal dihari ini. Tunggu saja.

"Sehat-sehat sama dedeknya, jangan kecapekan, ya? Biarin aja sesekali suami yang kerjain pekerjaan rumah, kan istrinya lagi hamil jadi udah kewajiban buat meringankan 'beban' istri." Saski mengerlingkan matanya kearah Sisil membuat keponakan tertuanya itu menautkan sebelah alis.

Masih dendam ternyata.

Sesil lantas menarik lengan Tantenya dan tersenyum simpul seraya sesekali melirik Sisil. "Tante tenang aja, Sesil sehat, kok. Gak pernah kecapekan juga. Lebih baik Tante samperin Mama, dari tadi nanyain terus!" Katanya.

Kawin, Yuk! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang