Selamat hari senin, guys! Dan selamat menjalankan aktivitas😍
***
"Masih sakit?" Yayan menatap cemas pada Sisil yang saat ini sedang duduk diatas saung setelah memberinya segelas teh manis hangat.
Setelah kejadian tak terduga terjatuhnya Sisil yang membuatnya sekaligus kambingnya terkejut, wanita itu masih diam seraya sesekali meringis. Wajar, mengingat Sisil menghantam lantai dengan kuat pasti bokongnya sakit. Karena diamnya Sisil, Yayan jadi semakin dibuat cemas.
Yayan tidak tahu jika Sisil akan terjatuh ketika dia melepaskannya karena Yayan pikir wanita itu sudah berpegangan kuat. Tapi ternyata oleng. "Maaf, saya gak tau kalo kamu gak pegangan." Sisil mendongak padanya lalu tersenyum tipis.
"Ini koyonya, A." Tatapan Yayan beralih pada seorang wanita yang baru saja datang seraya mengulurkan dua lembar koyo yang sebelumnya dia pinta, untuk dia berikan pada Sisil rencananya.
Yayan juga sudah menghubungi kakek Sisil, mengatakan pada mereka telah terjadi kecelakaan kecil. Namun beruntung Sisil baik-baik saja, hanya ditakutkan tulang ekornya kenapa-napa sih.
"Teteh gakpapa? Apa perlu Nindi panggil tukang urut?"
"Gak usah!" Timpal Sisil secara ketus, membuat wanita bertopi itu hanya mengangguk sekali.
Nindi adalah pekerja dipeternakan ini dan Yayan sudah mengenalnya dengan sangat baik mengingat wanita itu telah bekerja selama tiga tahun. Tadi Nindi sempat memanggilnya untuk memberikan laporan kambing yang sakit, tapi ternyata Sisil malah terjatuh.
Tak lama kemudian Danang datang bersama Wisnu, pria tua itu terlihat khawatir meski tetap berjalan dengan santai membawa tongkatnya. Melihatnya, Yayan lantas berdiri dan menundukan kepala. Merasa menyesal karena tidak mampu menjaga Sisil dengan baik.
"Tidakpapa, Den Yayan. Yang namanya kecelakaan tidak ada yang tau. Hari ini Aki bawa Sisil pulang aja, nanti kalau sudah mendingan bisa kesini lagi." Yayan tersenyum kecut.
"Sekali lagi maaf, Ki. Saya lalai, saya janji akan bertanggung jawab kalau misalnya terjadi hal serius. Takutnya tulang ekornya Sisil kenapa-napa."
Danang mengangguk mengerti dan meminta Wisnu untuk menggendong cucunya yang sejak tadi sudah menekuk wajah. "Hati-hati, Nu. Maaf jadi repotin kamu."
"Gakpapa atuh, Kang. Teh Sisil ringan kok," jawabnya lalu melangkah hati-hati karena membawa Sisil dipunggungnya.
Yayan menghembuskan nafasnya secara kasar sembari menatap kepergian mereka dengan sendu. Nindi yang sejak tadi berdiri disampingnya, mengusap lengannya dengan lembut.
"Lanjut lagi kerjanya yuk, A?"
Sepanjang dalam gendongan Sisil masih diam, bukan karena fokus dengan rasa sakitnya melainkan memikirkan wanita yang muncul tiba-tiba seperti jin dan apesnya membuat dirinya terjatuh.
Sisil masih ingat kalau wanita itu menyebut dirinya sendiri dengan nama Nindi, tapi Sisil tidak tahu ada hubungan apa Nindi dengan Yayan sampai-sampai pria itu tegas melepaskan pegangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin, Yuk! (TAMAT)
RomanceSilvia, wanita yang harus ditinggal nikah oleh kekasih dan adiknya, membuatnya harus kembali memupuskan impian pernikahan diusia 27 dan selalu dikatai perawan tua oleh tante-tantenya. Sampai akhirnya dia terpaksa kabur ke kampung halaman sang nenek...