5.pertemuan.

13.6K 902 9
                                    

Tandai typo!

***

Dara duduk dengan gelisah sembari menatap kedua orangtuanya takut-takut. Melihat senyum yang terpatri dikedua bibir itu, membuat nya tidak tega.

"Ini siapa Dara?" tanya Wendi—ibu Dara, Sembari menunjuk ke arah Chandra. Ia sedikit heran saat anaknya membawa lelaki kerumahnya pada pukul 8 malam lewat.

"Saya Chandra Tante." jawab Chandra, padahal yang ditanyakan Dara. Wendi mengangguk bersama Hiko—ayah dara.

"Kamu pacarnya Dara?" tanya Hiko yang berniat menggoda kedua remaja yang berada didepannya ini.

"Mmm, begini tante, om," ia melirik kearah Dara terlebih dahulu, mereka berdua sempat bertatapan, hingga Chandra mengalihkan pandangannya lagi.

"Saya mau ke intinya saja." Dara semakin gelisah ditempat, sedangkan Chandra terlihat tenang, namun tidak ada yang tau bahwa sekarang detak jantung nya sedang menggila.

"S-saya sudah m-enghamili anak om sama tante..," ucapnya sembari menunduk, Dara juga ikut menunduk, ia tidak bisa untuk menatap manik mata kedua orangtuanya.

Hiko dan Wendi sempat mematung, namun mereka berusaha menyangkal apa yang baru saja mereka dengar adalah salah. Mereka tadi cuma salah dengar kan?

"A-aduh, ini kuping om kayaknya belum dibersihin deh, coba kamu ulangi?" Suruh Hiko, ia melirik ke istrinya yang nampak memaksakan senyumnya.

Chandra dan Dara secara kompak mengangkat kepalanya. Mereka saling pandang, lalu Dara yang melihat mata ibunya berkaca-kaca juga ikut berkaca-kaca.

"Saya udah ngehamilin anak om sama tante..," ulang Chandra. Hiko berdiri dari duduknya, lalu ia menatap tajam kearah Chandra. Percayalah, ini pertama kalinya Dara melihat ayahnya seperti itu.

"Dara! siapa dia sebenarnya, kenapa dia ngomong gitu?!" emosi Hiko terpancing mendengar peruturan Chandra, ia menunjuk Chandra dengan mata yang tak lepas dari Dara.

"A-ayah, ibu, maafin Dara, i-ini ga disengaja b-bu,y-yah," Dara tidak dapat lagi menahan air matanya. Sungguh melihat ibunya yang mulai menangis membuat nya ikut menangis.

Berdiri dari duduknya, lalu berjalan kearah ibunya sedang menangis dengan wajah yang ditutup menggunakan tangan. Ia memeluk ibunya sembari terus mengucapkan kata maaf.

"Dara, coba jelasin yang sebenarnya." suara Hiko mulai menormal kembali, ia tidak boleh lepas kendali pada putri satu-satunya.

Dara melepaskan pelukannya, lalu ia melirik kearah Chandra yang sedang menundukkan kepalanya. Lalu ia kembali ketempat duduknya, membuat Chandra mendongak menatapnya. Hiko pun kembali duduk, sembari berusaha menenangkan istrinya yang nampak shock.

Dara menjelaskan semuanya sesuai dengan yang dijelaskan oleh Chandra dijembatan tadi. Mereka memang sempat mengobrol, ntah kenapa mereka bisa cepat dekat begini, Dara juga tidak tau kenapa ia malah ingin terus berdekatan dengan Chandra, begitupun sebaliknya.

Hiko memijat pangkal hidung nya, merasa sedikit kecewa dengan putrinya, namun mau bagaimana lagi? dari penjelasan yang ia dengar, ini memang sebuah kesalahan. Dan seperti nya, calon menantunya itu bukan orang biasa, terbukti saat Dara menyebutkan kata 'musuh'.

Wendi semakin terisak, ia tidak menyangka jika putrinya akan mengalami nasib seperti ini, tapi ia masih bersyukur karena Chandra masih mau bertanggung jawab. Bahkan tanpa dipaksa.

Chandra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang