22.alasan.

7.9K 428 19
                                    

Tandai typo!

***

Pagi hari sudah tiba, namun hal itu tak membuat Dara maupun Chandra turun dari kasur. Keduanya hanya diam, tidak tidur, hanya berbaring. Dara yang membunggungi Chandra, dan dari kemarin itulah yang istrinya itu lakukan, terlihat seperti tengah menghindari nya. Tidak tahan, Chandra memilih bertanya.

Pelan-pelan Chandra sedikit mendekatkan dirinya kepada Dara yang membungungi nya, ia tau jika istrinya itu sadar, sebab kasur yang ikut bergerak ketika ia bergerak.

Dengan pelan, tangan Chandra memeluk perut istrinya yang sudah sangat kentara. Bahkan pipi Dara juga terlihat benar-benar lebih berisi. Jika Clara ada, pasti gadis itu tidak akan berhenti mencubiti pipinya.

Dara tidak terkejut saat merasakan sebuah tangan menyelinap masuk kedalam bajunya, mengelus perutnya dengan sentuhan langsung. Ia sudah terbiasa, sebab sudah menjadi kebiasaan Chandra untuk mengelus perutnya dengan sentuhan langsung.

"Kenapa kamu kaya ngehindar, hm?" Chandra berbisik lirih tepat ditelinga Dara, yang mana hal itu membuat nya meremang.

Dara menggeleng, tidak berusaha menjauh sebab ia tidak munafik. Ia suka saat posisinya dan Chandra seperti ini, berdua didalam kamar dan menghabiskan waktu bersama. Tanpa adanya gangguan orang luar.

"Ga ngehindar kok. Ak-aku...," Chandra menaikkan satu alisnya, walaupun ia tau jika Dara tidak melihatnya, namun ia tetap melakukannya karena menunggu kelanjutan ucapan istrinya.

"Aku cuma..,"

"Cuma?"

"Cum-cuma kecewa aja sama k-kamu..," Chandra melepas pelukannya, lalu ia membalikkan tubuh Dara agar menghadap nya, dan hal itu harus di lakukan dengan hati-hati dikarenakan kondisi perut Dara yang besar. Dan berisi tentunya.

"Kecewa kenapa?" Chandra bertanya sembari menatap tepat pada mata Dara. Dara mengalihkan tatapannya, tidak mampu menatap mata suaminya.

"Aku kecewa karena kamu ga ada saat aku lagi di panggil sama kepala sekolah, kamu lebih milih bolos bareng teman-teman kamu, sekarang apa?? Sekarang kita udah ga sekolah...," Setetes air mata Dara jatuh tanpa diminta. Mata Chandra berkaca-kaca, jujur ia juga merasa kecewa kepada dirinya sendiri, dan juga ia merasa bersalah kepada Dara. Karena dirinya.., masa depan gadis itu harus hancur, mungkin Dara memiliki banyak cita-cita.

Seperti menghabiskan masa-masa remajanya bersama teman-teman nya tanpa membawa anak, berbahagia bersama keluarganya, dan hidup bahagia dengan lelaki pilihan nya, bukan lelaki seperti dirinya yang malah membuat Dara hancur hanya dalam sekali bertemu.

Chandra tidak kuat melihat air mata yang semakin deras meluncur dari mata istrinya. Chandra memeluk istrinya, Dara tidak menolak, karena memang ini yang ia butuhkan, sebuah pelukan hangat dari orang yang ia—cintai.

Bagaimana mungkin Dara bisa tenang dan tetap hidup biasa-biasa saja, mengingat dirinya yang hanya tamatan SMP, SMA?? bahkan ia tidak lulus, jadi bisa dibilang dia ini hanya tamatan SMP kan??

Dara sakit hati, dulu saat ia kecil ia bercita-cita menjadi seorang pramugari. Karena ia sangat ingin mengelilingi dunia, sendiri atau bersama teman-teman nya. Menghabiskan waktu-waktu terakhir, itulah impian nya.

Tidak seperti ini, bahkan teman-temannya masih kelas XII SMA, Dara hanya membayangkan jika suatu hari nanti saat dirinya tengah sibuk menenangkan bayi dirumah kecil nya dan keluarganya, tiba-tiba teman-temannya saat SMA melewati rumah nya, terlihat segar dan cantik, sementara dirinya hanya memakai daster dengan rambut acak-acakan dengan seorang bayi lucu digendongan-nya, ah dan jangan lupakan bau bawang serta bumbu-bumbu dapur lainnya.

Chandra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang