8.sepedaan

11.7K 667 6
                                    

Tandai typo!!

***

"Kapan hm?" Tanya Asni setelah melepas kan pelukannya. Ia lalu menangkup wajah anak nya.

"Kapan kamu bakal nikah?" Asni memperjelas pertanyaannya saat Chandra tidak menjawab pertanyaan nya yang sebelumnya.

Chandra memegang kedua tangan Asni yang berada di pipinya,ia tersenyum tipis. Apa harus seperti ini dulu baru ibunya memperhatikan nya??

"Besok aku bakal bawa mama sama papa ketemu sama orang tua nya." jawab Chandra. Asni mengangguk, lalu ia melepaskan tangannya dari pipi Chandra.

"Udah dewasa ternyata anak mama," ujar Asni seraya mengacak rambut Chandra. Anton yang memperhatikan interaksi keduanya tanpa sadar tersenyum kecil.

"Kamu udah makan?" Tanya Asni lagi. Chandra sebenarnya senang, hanya saja ia sedikit heran dengan perlakuan sang ibu. Apa dia tidak marah??

Chandra menggeleng ragu menjawab pertanyaan sang ibu. Asni tersenyum, lalu ia berdiri dan berjalan menuju dapur.

"Ciee, bentar lagi punya baby," goda Anton saat Asni sudah berada di dapur. Chandra mendengus, ia lalu memalingkan wajahnya.

"Kamu ga punya makanan di kulkas? isi kulkas kamu alkohol semua." Asni datang dari dapur, niatnya ingin memasak untuk sang anak malah di buat terkejut dengan isi kulkas anaknya itu.

Chandra lantas menyengir, Asni dibuat geleng-geleng.

"Makan diluar?" Tanya Asni yang diangguki Chandra.

"Papa ikut?" Tanya Chandra pada Anton, Anton lantas mengangguk karena memang ia juga belum makan.

Mereka bertiga berjalan keluar apartemen, Chandra naik di mobil Asni, sedangkan Anton menggunakan mobil sendiri.

***

Matahari kembali menyinari bumi, memberikan sejuta manfaat untuk manusia. Dara mulai menggeliat dari tidurnya karena cahaya matahari yang perlahan-lahan menembus matanya yang sedang tertutup.

Pelan-pelan ia mulai mengerjabkan matanya, saat kesadaran sudah penuh, Dara mendudukkan dirinya. Lalu meregangkan otot-otot nya.

Ia lalu turun dari ranjangnya, berjalan keluar kamar karena mendengar bunyi orang yang sedang menggoreng. Sesampainya di dapur, Dara mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

Ia tersenyum kepada Hiko. Hiko membalas senyuman putrinya.

"Pagi." Sapa Dara.

"Pagi," balas Hiko dan Wendi.

"Kamu mandi gih." Dara menggeleng, membuat Hiko dan Wendi mengerutkan keningnya.

"Kenapa?" Tanya Hiko.

"Males mandi, oh yah, papa udah mau berangkat kerja?" Tanya Dara yang diangguki Hiko.

"Kalau papa gajian nanti, beliin bakso lava dong pah, soal nya aku sering lihat di medsos kaya enak gitu!" Ujar Dara.

"Siap tuan putri!" sahut Hiko dengan gerakan hormat.

Chandra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang