Tandai typo!!!
***
Chandra memasuki rumah Dara setelah mengucapkan salam, dan dikuti oleh kedua orangtuanya.
"Silahkan duduk," mereka bertiga di sambut oleh Wendi dan Hiko dengan baik. Wendi tersenyum kearah Asni, namun Asni tidak membalas senyumannya. Hal itu membuat Chandra yang melihat nya hanya menggeleng heran.
Ternyata sikap Asni belum berubah sepenuhnya, buktinya ia masih belum bisa gampang akrab dengan orang baru.
"Dara mana tan?" Tanya Chandra pada Wendi. Asni yang sedang melihat-lihat rumah Dara pun mengalihkan perhatiannya kepada Chandra.
Apa Chandra sudah akrab dengan keluarga ini?
"Mas-" pandangan semua orang yang berada di ruang tamu langsung teralihkan kepada seorang wanita yang baru saja memasuki ruang tamu.
Wendi melongo melihat anaknya yang begitu anggun dengan dress selutut dengan lengan sampai siku yang sedang digunakan oleh Dara. Sampai-sampai ucapannya tidak dapat ia lanjutkan.
Dara tersenyum, lalu mendudukkan dirinya di samping Chandra.
"Dara ambilin teh yang ada di meja makan yah?" Ucap Wendi yang diangguki oleh Dara, baru saja Dara akan berdiri namun perkataan Asni membuat nya kembali mendudukkan dirinya.
"Tidak usah, langsung ke intinya saja, kami disini ingin membahas tentang anak kami dan anak anda." ucap Asni. Hal itu sebenarnya membuat Anton sedikit tidak enak.
"Kalian udah tau kan?" Hiko dan Wendi mengangguk kaku, mereka sedikit canggung dengan Asni, apalagi cara pakaian serta cara bicara wanita itu bisa memberi tahukan bahwa yang berada didepan mereka ini bukan orang biasa.
"Jadi apa yang bisa kami lakukan untuk bertanggung jawab?" Tanya Asni.
Wendi melirik kearah Hiko,lalu kembali menoleh kepada Asni.
"Kalo menurut saya, sebaiknya mereka dinikahkan saja." monolog Wendi.
"Itu sudah tentu, secara didalam perut wanita itu ada cucu saya." Asni milirik Dara saat berkata 'wanita itu'.
"Maksud saya, kapan mereka akan menikah?" Jelas Asni.
"Lebih cepat lebih baik!" Hiko angkat bicara setelah terdiam sedari tadi. Anton mengangguk, lalu ia memusatkan perhatiannya kepada Chandra dan Dara.
"Gimana kalo Minggu depan?" Sontak mata Dara membulat mendengar peruturan Anton. Bukan kah itu terlalu cepat?
Yah, ia memang tau bahwa saat ini dirinya memang sedang dalam keadaan hamil, tapi apa harus secepat itu??
Hey, umurnya saja masih 17 tahun!!
"A-apa ga k-kecepatan om?" Cicit Dara sembari menundukkan kepalanya.
"Dara sayang, tapi keadaan yang membuat kamu untuk lebih cepat menikah." tersirat nada kekecewaan didalam ucapan Wendi, dan Dara masih bisa menangkap itu.
"Y-yaudah deh, terserah kalian aja..," akhirnya Dara menjawab dengan pasrah. Ia melirik Chandra yang sedari tadi diam, seperti pria yang sedang melamun?
KAMU SEDANG MEMBACA
Chandra (END)
RandomJebakan yang berakhir keberuntungan. *** Chandra terkekeh melihatnya, tangan terulur untuk membersihkan bumbu kacang yang berada di pinggir bibir istrinya. Bumbu sate yang sudah berpindah Ke jari jempol nya itu ia jilat. Yang mana hal itu membuat Da...