17. job

8.6K 481 5
                                    

Tandai typo!

***

Dara menatap makanan didepan nya tanpa nafsu, jika biasanya ia akan makan di kantin sembari mendengar celotehan Clara, kini hanya bayang-bayang Clara yang menemani nya. Didepannya terdapat Ayana dan Tari, sedangkan disampingnya terdapat Asri.

"Lo kenapa sih? perasaan dari tadi ngelamun mulu dah?" Pertanyaan Tari menyadarkan Dara dari lamunannya. Ia menoleh pada Tari, lalu tersenyum sembari menggeleng, seolah mengatakan bahwa ia tidak apa-apa.
Asni menepuk bahu Dara. Dara menoleh.

"Mikirin Clara?" Pertanyaan Asri yang tepat sasaran membuat Dara gelagapan, lalu setelahnya mengangguk.

"Aku tuh sedih aja, soalnya dia perginya ga ada kabarin aku sama sekali, yah minimal simpenin nomor telepon nya lah, lah ini? Jangan kan nomor, surat aja dia ga nitip!" Dara berujar dengan sedikit kesal. Ia menoleh pada Ayana yang terkekeh.

"Aneh ga sih? padahal Clara itu nyebelin banget, tapi kok ngangenin ya?" Dara mengangguk cepat, membenarkan perkataan Ayana.

"Tapi kok—" semua menoleh pada Tari yang menggantung ucapannya, Tari menatap satu persatu teman-temannya, "gue ga yakin kalo Clara itu beneran pindah, kayak, ga mungkin banget ga si?" Semuanya nampak termenung, sedang memikirkan perkataan Tari, ada benarnya juga sih. Sepenting apa urusan Clara? hingga perlu pindah negara? dan juga, sesibuk apa Clara? hingga tidak sempat memberi mereka kabar?? Mereka sudah mengenal Clara sejak lama, jadi jika ingin di bilang orang sibuk atau semacamnya, itu benar-benar bukan Clara.

Lantas dimana Clara berada?

Apa Clara di culik?

Tapi, jika Clara diculik mengapa bisa ada kabar jika gadis itu pindah negara? Dari mana kabar itu? tidak mungkin kah jika guru-guru mengarang cerita??

Tiba-tiba pikiran keempat nya langsung tertuju pada orang tua Clara, keempat gadis itu secara refleks saling pandang, seolah mengetahui isi pikiran masing-masing.

"Tante Diana sama om Farel!" Seru keempat nya secara bersamaan. Mengabaikan tatapan-tatapan sinis para siswi yang berada dikantin. Keempat gadis itu lantas tersenyum senang, Seolah cahaya hidup yang baru saja hilang kini kembali lagi.

"Oke, kalo gitu pulang nanti kita kerumah Clara!" Semua nya mengangguk kompak, Dara yang paling semangat. Seketika senyum yang terpatri diwajahnya kini hilang kembali, terganti dengan raut cemberut. Hal itu membuat ketiga gadis lainnya menatap heran kepadanya.

"Kenapa?" Ayana bertanya, pertanyaan yang mewakili yang lainnya. Dara mendongak, menatap mereka satu-persatu.

"Tapi, Tante Diana sama om Farel itu jarang banget ada dirumah, mereka sering keluar negeri." Semua termenung, tidak terlalu tau tentang kehidupan Clara, karena Clara memang jarang memberi tahukan tentang kehidupan nya.

"Tanya pembantu nya aja!" Seru Asri dengan semangat, secara kompak Ayana dan Tari Kembali mengangguk.

"Ga bisa, art Clara ga bisa bantu." Semua kembali diam, hingga bel pertanda masuk berbunyi.

"Ntar deh kita pikirin lagi." Ujar Ayana. Setelah nya ia kembali menatap Dara. "Yuk." Lanjutnya mengajak Dara untuk kembali ke kelas, Dara mengangguk. Lalu mereka berdua berjalan beriringan menuju kelas.

Sesampainya dikelas, Dara tidak melihat keberadaan Chandra, ia lalu melanjutkan langkahnya menuju bangkunya. Sembari menunggu guru masuk, Dara memilih melamun untuk memikirkan Clara.

Chandra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang