Tandai typo!
***
Grey membuka mulutnya sesuai instruksi sang dokter, setelah Grey membuka mulut dokter itu pun mulai melakukan yang seharusnya ia lakukan. seperti mentaptap kan kapas yang sudah di campurkan oleh obat penghilang rasa ngilu dan sebagainya.
Setelah dokter mentaptap kan kapas, dokter itu pun mulai mengambil alat-alatnya yang lain, Grey hanya bisa menutup mata saat mulai merasakan sebuah benda yang dingin memasuki mulutnya.
Hingga entah apa yang dokter itu lakukan sampai Grey merasakan amis di dalam mulutnya. Buru-buru sang dokter menaruh gulungan kapas kecil ketempat gigi Grey yang baru saja ia cabut. Guna menyeka darah.Setelah mencabut giginya Grey pun keluar dari ruangan tadi.
"Cie yang ompong." Itu adalah sambutan pertama yang Grey dapat saat baru saja keluar dari ruangan tadi. Lantas ia menatap tajam kearah Kenet dan Raja yang hanya cengengesan.
Hey! dirinya memang ompong, tapi—ah sudah lah! intinya ia tidak mau di ejek!
"Gue mau lihat gigi Lo dong." Bukan!! itu bukan permintaan, melainkan ejekan. Karena kesal, Grey memilih melongos menuju mobil. Sesampainya di parkiran, langsung saja Grey memasuki mobil, lalu mendudukkan dirinya di jok paling belakang.
Ketenangan yang Grey rasakan harus hancur di karenakan dua curut yang memang jika sedang tidak akrab akan membuat orang disekitarnya naik darah.
"Ga! lo aja yang nyetir!" Tukas Raja pada Kenet. Tadi saat sedang menunggu Grey, Chandra memang menyuruh salah satu dari mereka untuk menyetir. Termasuk Jian pun ia suruh, karena tidak ada yang mau menyetir, akhirnya Chandra memilih jalan pintas, yaitu hom-pim-pa. Dan Jian menang, jadi ia sudah aman. Sebenarnya yang kalah itu Raja, cuma dia tidak mau menyetir, hingga berakhir keributan seperti ini.
"Kan yang kalah elo yah monyet!" Tidak terima Kenet. Jian yang berada dibelakang keduanya menghela nafas.
"Gue yang nyetir." Ujar Jian menghentikan keributan. Raja dan kenet seketika menoleh pada Jian dengan tatapan binar.
"Lo emang sahabat baik, jangan pernah berubah yah," Raja berujar dengan lirih, sembari bergaya ala-ala menghapus air mata. Hal itu mengundang Kenet untuk ikut andil dalam drama dadakan yang di buat oleh Raja.
"Iya." Kenet berujar sembari mendekat pada Jian. Jian yang membaca gerakan kenet yang ingin memeluk nya. Sontak dengan gerakan cepat, Jian mendorong Kenet, hingga membuat sang empu mundur beberapa langkah.
"Ga usah drama!" Tukas Jian, setelah nya ia melongos memasuki mobil. Raja menatap Kenet sembari menahan tawa, hal itu membuat Kenet menatap sinis ke arahnya.
***
"Dimana Chandra?" Dara yang sedang menuang air kedalam gelas sontak terkejut mendengar pertanyaan dari Asni. Dara berbalik, menatap Asni yang sedang menatapnya sembari mendudukkan dirinya di meja makan.
"Tadi katanya ada urusan m-mah." Jawab Dara. Asni mengangguk.
"Tolong ambilkan saya air." Asni berujar sembari memijat pangkal hidung nya. Mungkin mertuanya itu sedang pusing.
Dara mengangguk, lalu berbalik untuk menuangkan mertuanya segelas air, setelah nya ia berjalan kearah Asni dengan segelas air di genggaman nya. Dara menaruh gelas itu di depan Asni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chandra (END)
AcakJebakan yang berakhir keberuntungan. *** Chandra terkekeh melihatnya, tangan terulur untuk membersihkan bumbu kacang yang berada di pinggir bibir istrinya. Bumbu sate yang sudah berpindah Ke jari jempol nya itu ia jilat. Yang mana hal itu membuat Da...