09-Kuyang

2.3K 267 52
                                    

"Kenapa di setiap kepergian selalu meninggalkan penyesalan? Kenapa gak ninggalin warisan aja biar lebih bermanfaat?"

09

"Aku tuh gak bisa diginiin" ucap seorang wanita paruh baya berbaju merah.

"Aku tuh cape sama kamu mas!" Lanjutnya dengan nada membentak.

"Ya terus mau kamu apa hah!" Balas seorang pria paruh baya yang tak lain adalah suaminya.

"Aku mau kita cerai!" Pinta sang wanita.

"Oh oke" sahut si pria enteng.

"M-mas?" Sang wanita membelak tak percaya.

"Kenapa? Itu mau kamu kan? Oke kita cerai" ucap si pria acuh tak acuh.

Arum menatap datar pemandangan didepannya. Bisakah suara televisi yang sedang ditonton oleh Emaknya dikecilkan? Kuping Arum pengang dibuatnya.

"Emak ngapain sih nonton sinetron gak jelas gitu! Mending juga nonton pilem ajab" protes Arum.

"Sstt! Diem kamu! Asal kamu tau, nih sinetron mirip kisah emak ama bapakmu" balas Emak.

"Pas emak minta cere, bapak mu langsung nge-iyain. Ketara banget emang bapak mu tuh ga cinta ama emak" lanjut Emak.

"Idih! Arum ge yakin bapak tuh pasti terpaksa nikah ama emak. Mana ada yang mau ama cewek dasteran kayak emak, udah gitu bau terasi lagi" cibir Arum.

"Heh! Anak durjana! Kamu belain bapak mu tuh hah! Nih emak kasi tau ya, burung bapakmu tuh bisa berdiri cuma sama emak!" Ujar Emak bangga.

"Astaghfirullah emak! Otak Arum tercemar! Dahlah Arum mau berangkat sekolah. Bye emak! Jangan ngedekem dirumah bae, sekali-kali keluar cari duda kaya raya. Terus kalo dapet, kasih ke Arum aja. Ikhlas lahir batin Arum mah" Arum berpamitan sambil meledek Emaknya.

***

Di sebuah rumah bernuansa abu muda, terdapat seorang pria paruh baya tengah menunggu anak dan istrinya di ruang makan.
Beberapa saat kemudian suara langkah kaki seseorang menuruni anak tangga terdengar.

"Irzan" panggil si pria paruh baya.

Irzan sang ketos SMANDA, menoleh ke arah si pria paruh baya.

"Kenapa yah?" Tanyanya seraya duduk berhadapan dengan pria paruh baya itu.

"Gapapa cuma manggil aja" jawab pria paruh baya yang tak lain adalah Ayahnya dengan santai.

Haris Pratama, Ayah dari Irzan. Bapak gula yang satu ini memiliki hidung mancung dan jidat yang lebar.

"Ini kita sarapan cuma pake nasi sama garem yah?" Heran Irzan. Di meja makan hanya tersedia sebaskom nasi dan setoples garam.

Haris meringis,"ayah juga gak tau. Ini ibu kamu pengen kawin lagi kayaknya"

"Ngomong apa kamu mas? Coba ulang" celetuk Dania, ibu Irzan sambil menodongkan senjata berupa spatula.

"Hehe nggak ngomong apa² kok sayang" Haris menyengir.

"Halah! Kamu pikir kuping aku bisu hah? Aku liat ya mas! Kamu tadi ngomong, kalo aku pengen kawin! Bilang aja kamu kan yang pengen kawin lagi!" Ngegas Dania.

"Ibu omongannya belibet-libet" gumam Irzan.

"Enggak sayang" elak Haris.

"Ini sarapannya kapan? Aku laper" tutur Irzan.

Indigo Somplak [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang