39-Bukan Ending

1.1K 145 54
                                    

39

Arum menggelengkan kepalanya. Ia menepis tangan Irzan yang berada di pergelangan tangannya. Gadis itu dengan cepat berlari ke arah Aruna lalu...

DARRR

Sebuah ledakan terjadi.

***

Dendam, rasa iri, serakah, obsesi, ambisi, amunisi, imunisasi, apa lagi ya? Intinya semua itu adalah gambaran dari sifat Aruna. Gadis yang semasa kecil tidak pernah mendapatkan kasih sayang kedua orangtuanya. Sama seperti si Tuyul Nagita, Aruna nekat membunuh kedua orangtuanya di umurnya yang baru menginjak usia 15 tahun. Aruna tidak sanggup dengan siksaan yang orangtuanya berikan. Gadis lemah lembut itu berubah menjadi gadis penuh dendam.

Gadis itu berhasil membunuh kedua orangtuanya. Ibunya, ia bunuh hanya dengan cara menusuk leher ke pisaunya lalu ia potong-potong tubuh ibunya menjadi beberapa bagian dan ia masukkan ke dalam mesin cuci. Aruna melakukan hal itu ketika ibunya sedang tertidur pulas dan Ayahnya sedang berada di luar kota.

Rumah Aruna jauh dari keramaian. Mayat ibunya masih berada di dalam mesin cuci. Gadis itu sama sekali tidak berniat sedikitpun untuk menguburkan jasad ibunya. Satu minggu berlalu, Ayah Aruna pulang dari luar kota.

"Ibu kamu mana?" Tanya Ayah Aruna kala itu.

"Pergi arisan" jawab Aruna. Gadis itu memeluk sebuah boneka berbentuk kutu ukuran jumbo.

Ayah Aruna mendelik jijik melihat boneka milik anaknya padahal ia sendiri yang memberikan boneka itu.

Ayah Aruna melangkah memasuki rumah diikuti Aruna di belakangnya. Tercium bau busuk dan terdengar suara mesin cuci yang sedang berputar. Tapi Ayah Aruna tidak menghiraukan hal itu.

"Saya lapar, buatkan saya makanan" titah Ayah Aruna. Lelaki paruh baya itu duduk di sofa lalu menyalakan TV.

Aruna mengangguk. Gadis itu beranjak ke dapur sambil menyeringai kecil.

Aruna membuatkan telur dadar dan tumis kangkung untuk Ayahnya. Gadis itu melirik kecil ke arah Ayahnya yang sedang menonton TV. Aruna tersenyum tipis, ia mengeluarkan sebuah botol kecil dari boneka kutu yang tadi ia peluk. Aruna menuang air putih dari teko lalu mencampurkan air putih itu dengan sesuatu yang berada di dalam botol.

Setelah semuanya beres, Aruna mulai menata piring-piring berisi lauk itu ke meja makan.

"Makanannya sudah siap, Tuan" ucap Aruna lembut.

Ada rasa nyeri hinggap di hati Ayah Aruna ketika anaknya memanggilnya 'Tuan'. Tapi Ayah Aruna segera mengenyahkan rasa nyeri itu. Lelaki itu berjalan ke ruang makan.

Apa yang orang lakukan setelah makan? Ya sudah pasti minum. Begitu juga yang Ayah Aruna lakukan. Ia meminum segelas air putih yang sudah dicampur obat tidur oleh Aruna. Botol kecil itu berisi obat tidur, Aruna memasukkannya dengan dosis yang tinggi.

Hanya menunggu beberapa menit saja, Ayah Aruna tertidur di meja makan. Aruna tersenyum manis, akhirnya hari ini semua penderitaan nya akan lenyap. Gadis itu sudah menyiapkan pisau dapur dibalik boneka kutu yang dipeluknya.

Tanpa perasaan, Aruna mulai mengiris leher Ayah nya sampai putus. Kepala Ayah Aruna menggelinding ke lantai. Darah berceceran dimana-mana. Aruna tertawa, tetapi ada air mata yang mengalir di pipinya.

Indigo Somplak [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang