22
●
●
●
"Itu yang bercandanya suka bawa-bawa fisik, Lo pikir Lo udah sempurna? Inget bro! Diatas langit masih ada langit. Lo yang cuma tanah dikasih nyawa, gak berhak ngehina ciptaan yang maha kuasa"
●●●
Kini Emak,si Kampret,Dania,Irzan dan Nek Daia berkumpul di ruang tamu rumah Nek Daia. Walaupun sebenarnya Emak gak niat nolong si Kampret dari amukkan Nek Daia, tapi Emak tidak sejahat itu untuk membiarkan si Kampret terus-terusan dipukuli.
"Sorry, cuma ada teh manis sama goreng terigu buat sarapan" ujar Emak seraya meletakan nampan berisi teh manis dan beberapa potong goreng terigu beserta gula.
"Gapapa sshh" ucap si Kampret sambil meringis. Pukulan Nek Daia ternyata tidak main-main.
"Yaqin tuh gpp? Emangnya orang kaya bisa makan makanan orang miskin?" Sinis Nek Daia menatap tajam si Kampret.
Dania dan Irzan hanya bisa terdiam. Jujur saja, mereka tidak pernah memakan goreng terigu yang dimakan bersamaan dengan gula alias dicocol.
"Sebelum jadi orang kaya, saya pernah jadi orang miskin" tutur si Kampret.
"Iya! Pas udah kaya,lupa diri. Terus anak gue lo tinggalin!" sarkas Nek Daia.
Nek Daia masih mengingat bagaimana anaknya menangis gara-gara diceraikan oleh si Kampret. Nek Daia tak habis pikir, kenapa menantunya itu lebih memilih selingkuhannya. Padahal jika dibandingkan, anaknya lebih kece dan bohay daripada Dania yang kurus kerempeng. Astaghfirullah Nek! Malah body shaming.
Si Kampret kena mental. Jawab salah, gak jawab nambah salah. Lantas ia harus bagaimana menghadapi mantan mertuanya.
"Bapak lo kena mental zan" bisik Emak pada Irzan yang duduk disampingnya.
Irzan hanya mengangguk. Dalam otaknya, ia memikirkan Arum yang menghilang. Irzan bahkan bingung dengan Emak dan Nek Daia yang terlihat masih santai saja tanpa ada pergerakan.
"Ini kapan kita cari kak arum?" Irzan memberanikan diri untuk bertanya.
Emak dan Nek Daia saling berpandangan lalu menengok ke arah Irzan. "Jadi gini zan, sebenernya arum emang udah sering ilang-ilangan di bandung dari kecil. Biasanya si dia ilang gak sampe dua hari udah balik lagi" jelas Emak.
Irzan ternganga mendengarnya. Ia tidak menyangka jika Arum seperti itu. Tapi tetap saja Irzan khawatir dengan keadaan Arum sekarang. Sudah makan kah dia? Irzan sangat takut terjadi suatu hal yang tidak-tidak pada Arum.
"Tapi tenang aja, emak udah lapor sama pak RT disini, sekarang pak RT lagi ngumpulin para warga buat bantu cari arum" lanjut Emak.
Emak gak jadi lapor polisi. Emak sedang mencoba berpositif thingking bahwa anaknya hanya menghilang seperti biasanya.
"Bisa tolong kasih tau kronologi nya gak gimana kak arum bisa ilang?" Pinta Irzan dengan wajah memelas.
Nek Daia yang melihat itu kasihan terhadap Irzan. Anak itu tidak salah apa-apa disini. Yang salah hanyalah bapaknya saja.
"Kemaren.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Somplak [End]
Action[TERSERAH MAU FOLLOW AKUN AUTHORNYA ATAU ENGGAK] [ADA YANG BACA AJA UDAH BERSYUKUR] *** "Bro lo mau tau gak?" Tanya Om Genderuwo. "Apaan cok?" Om Poci penasaran. "Setan kalo udah masuk dunia wp mah kagak ada harga dirinya lagi" ujar Om Genderuwo ter...