11. Ikut Serta

14 9 16
                                    

Abigail dan Seno bersembunyi di balik tembok dekat kantin, mereka dapat melihat dengan jelas Alvian dan Axel sedang duduk makan di kantin.

Tatapan Seno sedang fokus mengintrogasi gerak-gerik Alvian dan Axel, padahal tak sedikitpun gerak-gerik mereka berdua yang mencurigakan menurut Abigail. Namun karena Seno sangat mendalami perannya sebagai detektif, dapat membuat hal-hal kecil menjadi sebuah kecurigaan.

"Gue gak yakin cara kayak gini bisa berhasil," keluh Abigail.

"Kalau lo mau cari tahu siapa pelakunya, lo harus ikuti cara gue. Dengan gitu kita pasti tahu siapa pembunuh Dera!"

Abigail menghela nafasnya, bukan ini yang ia harapkan. Abigail merasa kini mereka hanya membuang-buang waktu dengan bermain-main hal yang tidak penting.

Seno mulai melangkah duduk di kursi dekat Alvian dan Axel berada, diikuti Abigail dari belakang.

"Pura-pura jajan aja, kita dengerin apa pembicaraan mereka," bisik Seno kepada Abigail yang duduk di depannya.

"BU, PESAN MIE AYAMNYA SATU, SAMA ROTI BAKARNYA. Lo mau apa, Bi?"

"Kopi aja."

"KOPINYA SATU, SAMA TAHU GORENGNYA YA!!"

"Sutttt, lo kesini mau nguping pembicaraan mereka atau makan sih?" gerutu Abigail.

"Telinga kita juga butuh tenaga, Bi. Kita juga harus serius mendalami peran. Biar gak ketahuan kalau kita itu lagi memperhatikan mereka!"

Abigail berdecak, "hah, alasan!"

"Kalau lawan gue di game bisa gue bunuh, kenapa di dunia nyata gak bisa?" Samar-samar Abigail dan Seno mendengar perkataan Alvian.

"Lo gak tahu konsekuensi kalau lo membunuh manusia di dunia nyata? Lo bukan hanya kalah, tapi lo juga bisa di hukum!" balas Axel.

Alvian tertawa, ia mengambil handphone di sakunya. Sesekali ia memakan Snack yang ada di depannya.

"Gue bisa saja tenang di saat gue sudah melakukan kesalahan, termasuk membunuh! Karena gue mempunyai suatu hal yang bisa membantu gue untuk menutupinya, jadi menurut gue membunuh itu adalah suatu hal yang enteng."

Abigail menatap tajam bola mata coklat Seno, mereka seakan-akan paham dengan kondisinya.

Mereka berada di waktu yang tepat, waktu dimana mereka bisa mendengar pembicaraan Alvian dan Axel.

"Gue yakin! Keluarga lo kan emang hebat, walau lo salah mereka ngebelain lo," ucap Alvian yang masih fokus kepada layar handphonenya.

"Gue juga bisa menyelesaikannya dengan tangan gue sendiri!"

Sudah jelas, mereka berdua adalah orang yang membunuh Dera! Apalagi Axel, dia adalah orang pertama yang menjadi tersangka pembunuhan ini!
Batin Seno.

Gue gak akan percaya dulu dengan siapapun, orang yang menurut gue mencurigakan belum tentu dia pembunuhnya. Yang harus gue curigai adalah orang yang tetap diam dingin, namun memiliki sebuah kegelisahan dihatinya.
Batin Abigail.

"Axel dan Alvian pelakunya, fiks!" bisik Seno, ia mencoba mendekati Abigail agar perkataannya tidak didengar oleh siapapun apalagi Alvian dan Axel yang tak jauh berada dekat darinya.

"Ini baru langkah awal, kita belum tahu apakah Diana, Allen dan Devin terlibat atau tidak? Lagi pula mereka hanya berbicara, tak ada dari ucapan mereka yang mengarah tentang Dera!" jelasnya sama-sama pelan.

"Ini ya, menurut gue. Mereka berdua merencanakan ini semua karena dendam Alvian kepada Dera pada saat di club, Alvian meminta bantuan kepada Axel untuk menolongnya agar dia bisa membunuh Dera, lalu dengan senang hati Axel menerimanya. Ia membunuh Dera dengan tangannya sendiri, mereka berdua menghilangkan jejak mereka dengan bantuan orang tua Axel. Bagaimana?"

Story Renjio [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang