Abigail melempar satu buku ke atas meja Renjio, Renjio hanya tersentak kaget. Ia tidak marah kepada Abigail, namun tatapannya terlihat bingung.
"Tugas kelompok, harus dikerjakan dengan teman sebangkunya. Karena lo pinter mending lo yang kerjain semuanya!"
"Bukannya itu namanya licik ya? Lo cuman pengen nilai bagus, sedangkan yang hanya kerja cuman gue doang."
"Emang lo mau ngerjain bareng gue? Lo kan nyamannya ngerjain sendiri!" ucap Abigail setengah sewot.
"Gue pengen kita ngerjain tugasnya bareng-bareng, karena ini tugas kelompok!"
"Lo kenapa tiba-tiba jadi pengen bergaul kayak gini? Kenapa kemarin lo mabar sama Alvian? Terus sekarang lo mau ngerjain tugas bareng sama gue, sebenarnya lo itu kenapa?" Abigail menatap lekat-lekat mata Renjio penuh ketelitian.
"Gak boleh?"
"Ya, aneh aja gitu. Gak seperti biasanya."
Kemudian Renjio terdiam kembali membaca buku-bukunya, Abigail hanya melirik ke arah Renjio dengan aneh. Otaknya berfikir keras.
Ini bukan Renjio yang gue kenal, jangan-jangan dia kemasukkan arwah gentayangan? Jadi orang yang duduk di samping gue itu bukan Renjio? Melainkan hantu?
Batin Abigail.Renjio menatap wajah Abigail dengan tajam, kelopak matanya tidak berkedip.
Bola matanya aneh, dia benar-benar bukan Renjio.
Batin Abigail.PLAKK
Tak segan-segan Abigail menampar pipi Renjio dengan keras, sampai suaranya nyaring terdengar di dalam kelas. Semua siswa yang ada di sana pun melirik Abigail dan Renjio dengan tatapan aneh.
Renjio hanya mengusap pipinya yang kesakitan, ia tidak meringis. Namun terlihat dari raut wajahnya Renjio kini tengah menyembunyikan rasa nyerinya.
"Eh, sorry. Lo bener-bener Renjio kan?"
Renjio menghela nafas, ia menatap tajam wajah Abigail dengan sedikit kesal. "Kenapa lo nampar gue?"
Abigail tertawa penuh penyesalan, ia berpikir mungkin orang yang duduk disampingnya adalah bukan Renjio yang sebenarnya, maka dengan itu Abigail menggeplak pipinya agar Renjio bisa kembali seperti semula. Namun ternyata itu benar-benar Renjio.
"Gue minta maaf, kelepasan." Abigail mengusap tangannya malu.
Abigail memainkan giginya, ia menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan di atas meja. Ingin rasanya ia hilang dimuka bumi detik ini juga, rasanya ia benar-benar malu karena telah menampar Renjio. Ia juga sangat merasa bersalah.
Abigail memakan sebuah kopi yang ia pesan di sebuah cafe bersama Renjio, mereka sudah memiliki janji untuk mengerjakan tugas kelompok bersama.
Mereka terlihat canggung setelah kejadian kemarin, Abigail merasa masih bersalah atas kelakuannya kepada Renjio.
"Gue ke toilet dulu ya," ucap Abigail.
Renjio hanya mengangguk, lalu ia meraih buku yang dibaca oleh Abigail tadi. Matanya hanya terfokus kepada buku-buku yang penuh dengan tulisan-tulisan yang sangat memusingkan.
Tiba-tiba handphone Abigail berbunyi, rupanya wanita itu tidak membawa handphone ke kamar mandi. Handphone itu tergeletak di balik bukunya.
Renjio enggan untuk mengangkatnya karena itu juga termasuk perbuatan yang tidak sopan, namun karena handphonenya terus berbunyi membuat Renjio terganggu. Ia tidak fokus mengerjakan tugasnya, Abigail pun tak kunjung kembali.
Dengan terpaksa Renjio mengangkat telepon itu.
"ABI!! FIKS ALVIAN, AXEL SAMA DIANA TERLIBAT DALAM KEMATIAN DERA. UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUTNYA MENDING KITA KETEMU!!" teriak Seno di dalam telpon, ia tidak tahu bahwa orang yang mengangkatnya adalah Renjio, bukan Abigail. Seno asal nyeletuk tanpa tahu siapa yang yang mengangkat telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Renjio [ END ]
Teen Fiction15 Juli 22 - 6 Mei 23 Renjio, hidupnya dikelilingi oleh rasa bersalah kepada sahabat kecilnya Keisya. Seakan-akan kini Keisya sedang menghukum Renjio, namun ternyata hukuman itu sangat menyakitkan bagi Renjio. Seusianya ini, Renjio masih tidak bisa...