Bahagia itu sebenarnya mudah.
***Di dalam gudang sekolah hanya ada Renjio dan Abigail, mereka tengah duduk menunggu Seno yang tak kunjung datang. Abigail sedang mengutak-atik laptop milik Seno, hari ini tidak ada gerak-gerik yang mencurigakan di dalam CCTV. Sedangkan Renjio hanya diam menyandarkan kepalanya ke dinding di belakangnya.
Mereka tengah menunggu Seno keluar kelas, karena kelasnya masih belum bubar walau bel pulang telah berbunyi. Sepanjang menit yang mereka lewati, tidak ada yang bersuara, suasana sangat hening tanpa Seno.
Abigail berdeham, lalu ia menggaruk-garuk kepalanya. Menoleh sekilas ke arah Renjio berada, "lo punya masa lalu yang suram, ya?" tanya Abigail setengah gelisah.
Renjio menatap Abigail, Abigail masih enggan untuk menatap ke arahnya. "Kalau iya, kenapa?"
"Masa lalu apa sih sampe lo harus mengorbankan hidup bahagia lo? Lo begini karena masa lalu kan?"
"Gue kayak gini bukan karena masa lalu, namun karena diri gue sendiri! Gue menderita akibat diri gue sendiri!"
Salah jika Renjio menyalahkan masa lalu, jika ia menyalahkan masa lalu, ia juga akan menyalakan Keisya. Semua kepedihan ini dibuat oleh dirinya dan untuk dirinya sendiri lewat Keisya.
"Sebenarnya gue gak mau tahu masa lalu lo, cuman lo bisa cerita ngak? Dikit aja."
Abigail berharap Renjio bisa menceritakan masa lalunya kepada Abigail, walau hanya setengahnya. Abigail benar-benar ingin tahu hal apa yang mengubah hidup Renjio.
"Ini tentang kematian, tentang bagaimana gue yang selalu menyalahkan diri gue sendiri. Tentang bagaimana bayang-bayang rasa sayang yang telah gue sia-siakan," jelas Renjio dengan lemah, tanpa sadar Abigail telah mengingatkan Renjio dengan kejadian yang sudah lampau yang menyakitkan.
"Rasa bersalah? Ada orang yang meninggal, lalu lo menyalahkan diri lo sendiri atas kepergiannya? Emang lo udah berbuat salah sama dia? Walaupun begitu, yang lo lakuin ini salah, Renjio!"
"Kenapa salah? Disini gue yang salah, dan bukannya yang salah itu berhak menderita yah? Apalagi disini posisinya gue udah ngak bisa minta maaf lagi sama dia."
"Gue tahu ini berat buat lo, tapi lo ngak pernah mikir apa! Bahwa mungkin saja di atas sana dia sedih melihat lo kayak gini, dia juga bahkan merasa bersalah. Karena dia pergi, meninggalkan orang yang ia sayangi."
"Itu hanya mungkin, kita gak tahu perasaan yang sebenarnya."
"Trus, lo mau hidup kayak gini selamanya? Sampai lo mati, lo mau hidup kayak gini? Jujur yah, Renjio. Orang-orang itu gak suka sama lo yang terus murung, lo jangan jadi orang yang merasa paling sedih, paling menderita di bumi ini. Banyak kok orang yang menderita tapi mereka bahagia, mereka ngak mau menyiapkan hidupnya dengan rasa sedih, ada waktu dimana kita bahagia dan bersedih!"
Benar kata Abigail, kita jangan terlalu tenggelam dalam kepedihan. Kepedihan itu harus kita sembunyikan di dalam senyuman, bahagia itu sebenarnya mudah.
Namun di sisi lain, Renjio terluka. Renjio benar-benar ditinggalkan oleh orang yang sangat berpengaruh terhadap kehidupannya, selama ia ada di dunia ini hidupnya benar-benar sangat terang. Namun kini dunianya sudah gelap gulita.
"Gue mau tanya satu hal sama lo," ucap Renjio.
"Nanya apa?"
"Kenapa lo malah memilih untuk duduk di samping gue, kenapa lo bisa sabar sama sikap gue yang seperti ini. Kenapa lo mau berdekatan sama gue?"
Abigail tersenyum, seakan-akan ini adalah pertanyaan yang sangat tidak penting bagi Abigail. Renjio menanyakan sebuah pertanyaan yang hanya membuat waktunya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Renjio [ END ]
Teen Fiction15 Juli 22 - 6 Mei 23 Renjio, hidupnya dikelilingi oleh rasa bersalah kepada sahabat kecilnya Keisya. Seakan-akan kini Keisya sedang menghukum Renjio, namun ternyata hukuman itu sangat menyakitkan bagi Renjio. Seusianya ini, Renjio masih tidak bisa...