6. Kehidupan selanjutnya

17 11 18
                                    

9 tahun kemudian.

Hari ini, hari dimana Renjio memasuki kelas XII. Setelah kemarin-kemarin ia harus libur selama beberapa minggu, Renjio hanya menghela nafas panjang. Jujur ia sangat malas harus bersekolah lagi. Apalagi ia harus mengenal teman-teman barunya di kelas baru ini.

Renjio adalah anak pintar, ia sering dapat peringkat kesatu tiap tahunnya. Namun kekurangannya adalah ia tidak suka bergaul dengan anak-anak yang lain, ia sering menyendiri. Tak peduli dengan keadaan sekitar, Renjio tidak memiliki teman satu pun.

Renjio ingin menghukum dirinya sendiri atas kepergian Keisya, karena setelah sembilan tahun ini Renjio masih terbayang-bayang kesalahannya terhadap Keisya. Jika waktu bisa diulang kembali, Renjio ingin mengulang waktu-waktu ketika ia masih bersama dengan Keisya, ia ingin mengubah semua takdir ini.

Nyatanya waktu yang sudah berlalu tidak bisa kita ulang kembali, kita harus bisa menjalani hidup di waktu yang akan terus berjalan ke depan.

Pagi ini Renjio sudah duduk di meja paling depan, tangannya sudah sibuk memainkan pensil. Tatapannya fokus hanya melihat buku di atas meja, satu per satu siswa lain mulai memenuhi kelas. Ia tidak peduli seberapa banyak orang melewatinya, ia akan hanya tertuju pada hidupnya yang sendu seperti sekarang.

BRAK

Seorang gadis dengan rambut yang diikat satu kebelakang menaruh tasnya di kursi yang kosong di samping Renjio, gadis itu terlihat sedang memakan permen lollipop di mulutnya.

Renjio menoleh ke arah wanita itu, tatapannya terlihat aneh. Padahal Renjio berharap teman sebangkunya adalah laki-laki, karena memang jarang ada wanita yang ingin dekat-dekat dengannya. Walau Renjio terlihat sangat ganteng, namun tidak ada yang berani mendekatinya. Karena Renjio benar-benar manusia yang tidak punya hati.

Gadis itu tanpa izin duduk di samping Renjio, ia menatap Renjio sekilas, lalu menawarkan Renjio permen. "Mau permen?"

Renjio menggeleng, "kenapa duduk di sini?"

"Emang kenapa? Gak boleh? Soalnya mata gue agak kabur kalau duduk dibelakang, jadi gue duduk di sini."

Setelah itu Renjio mulai fokus melihat buku-bukunya lagi, ia tidak peduli dengan gadis yang ada di sampingnya. Selagi ia tidak mengganggunya itu tidak masalah.

"Oh jadi lo gak mau permen, okey. By the way nama gue Abigail Clancyna, nama lo?" ucapnya sambil mengulurkan tangan ke arah Renjio.

Renjio tidak membalas ucapannya atau menerima uluran tangannya, seolah-olah kini Abigail tengah berbicara sendiri.

KRIK

Abigail menelan ludahnya sendiri penuh kesabaran, namun terlihat ia sedikit tersenyum terpaksa. Matanya tidak mengedip satu pun saat ia menatap tajam wajah Renjio yang sedang fokus.

"Ekhem." Abigail sedikit berdeham, agak malu. Ia mengusap rambut yang agak berantakan di dekat telinganya dengan sedikit menatap kesal Renjio.

Abigail tahu Renjio sedang fokus belajar, namun karena mereka sudah menjadi teman sebangku bukannya lebih baik mereka saling mengenal terlebih dahulu. Lagian jam pelajarannya belum dimulai, tapi Renjio sudah duduk manis dengan semua buku-bukunya.

Abigail memukul meja kesal, namun Renjio tetap tidak merasa terganggu. Apakah Renjio menganggap bahwa Abigail itu seorang hantu?

Abigail menoleh ke sekitar kelas, ia ingin melihat seberapa jauh ia mengenal dengan kelas barunya. Wajah mereka tampak asing untuk Abigail, namun ada dua orang yang Abigail kenal. Ia melihat Diana dan Allen, teman sekelasnya tahun kemarin. Abigail tidak cukup akrab dengan mereka, karena Abigail tahu tingkatnya dengan mereka sangat rendah.

Story Renjio [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang