15. Teman lagi

10 8 15
                                    

Axel memegang tangan Diana dari arah belakang, ia tersenyum bahagia melihat Diana baru saja keluar dari gerbang sekolah. Diana hanya tersentak kaget.

Diana menoleh ke arah Axel dengan tatapan tidak suka, arah matanya melihat ke bawah lalu ke atas tubuh Axel dengan perlahan. Axel hanya kebingungan dengan tingkah Diana.

"Why?" Axel mengangkat pundaknya tidak mengerti.

Kemudian Diana melepaskan genggaman tangan Axel darinya. Ia melangkah meninggalkan Axel tanpa berkata-kata, kemudian Axel melakukan hal yang sama kembali.

"Kamu kenapa, sih?!" gerutu Axel kepada Diana, Axel benar-benar tidak mengerti dengan sikap Diana yang sekarang.

"Axel, sudah cukup! Lo jangan ganggu gue terus, gue udah gak mau lagi ada hubungan sama lo! Kita cukup berteman aja, karena orang tua kita."

"Gue gak bisa, gue itu suka sama lo, Diana. Bagaimana mungkin gue ngelepasin lo dengan semudah itu, gue gak bisa!"

"Denger yah, Axel yang sangat saya hormati!" Diana mengacungkan jari telunjuknya ke depan wajah Axel, setiap kata demi kata yang ia lontarkan penuh dengan tekanan.

"Gue itu sangat menyesal karena saat itu saya harus menjalin hubungan dengan lo, kalau aja dari awal gue itu tahu kalau lo mantan Dera. Gue gak akan pernah terima cinta lo!"

"Dera itu cuman mantan, lagian dari awal dia yang godain gue. Dia yang selalu memberikan rayuan murahannya ke gue."

"Dan dengan bodohnya, lo terima kan rayuan mautnya? Hah? Kalau begitu kalian sama-sama bodoh dong?!"

"Itu semua sudah berlalu, aku pacaran sama Dera itu udah beberapa tahun kebelakang. Dan lo masih ungkit-ungkit sampai sekarang? Sebegitu penting kah?"

"Iya penting dong, mau tahun lalu, mau dua tahun atau tiga tahun. Kalian itu tetap pernah menjalin hubungan, Dera itu mantan lo!"

Axel tertawa, "namun, sayang. Dera sekarang sudah mati! Di bunuh."

Diana tercengang, ia mundur menjauhi Axel untuk beberapa langkah. Tangannya terlihat gemetar, dan dengan tiba-tiba keringat dingin mengucur di pelipis matanya.

"Gue tahu semuanya, siapa yang sudah membunuh Dera. Gue tahu siapa itu, asal mula permasalahan ini terjadi, gue tahu awalnya dari mana."

Kemudian Diana memegang kerah baju seragam yang dikenakan oleh Axel, ia mencengkram kerahnya dengan sangat kuat. Menatap bola mata coklat Axel dengan lekat-lekat, kali ini kakinya gemetaran karena kini ia menjinjitkan kakinya agar bisa setara dengan tubuh Axel.

"Apakah ini cara lo, untuk mengancam gue supaya gue bisa menjadi pacar lo lagi?" Diana melotot ke arah Axel tanpa berkedip.

Axel berdecak, ia melepaskan cengkraman tangan Diana dari kerahnya dengan kasar. "Gue suka sama lo? Itu belum pernah sama sekali." Axel membisikkannya tepat di depan telinga Diana dengan nada bicara yang sangat lembut namun menyakitkan.

"Maksudnya? Kenapa lo berbicara seperti itu?"

"Gue hanya suka sama satu orang, dan itu alasan kenapa gue tidak membocorkan rahasia ini kepada polisi. Karena jika itu terjadi, gue dan dia bisa saja terpisahkan."

"Siapa yang lo bicarakan? Kalau bukan gue, siapa wanita yang lo sukai?! Karena Dera sudah mati, bukan Dera kan?" nada bicaranya mulai bergetar, ada rasa takut yang ia pancarkan di dalam mata Diana.

"Allen," bisik Axel, kemudian ia tersenyum penuh kemenangan memandang wajah Diana yang sudah penuh dengan ketakutan. Sekarang Axel tengah berada jauh di atas dari Diana.

Diana hanya menggeleng kepalanya tidak percaya, ada sedikit rasa cemburu yang muncul dari hatinya. Ia menatap membara wajah Axel, namun perasaannya benar-benar sakit. Laki-laki yang ia sukai ternyata tidak membalas rasa sukanya, ia malah menyukai teman dekatnya sendiri.

Story Renjio [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang