33. Beautiful memories

1 1 0
                                    

Satu minggu setelah jenazah Abigail dikuburkan dengan tenang di bawah tanah, Renjio hanya terdiam dengan sebuah luka yang sangat nyeri di hatinya. Memandang langit malam yang terlihat sendu, ia hanya di temani oleh irama jangkrik yang berdengung ditelinga nya.

Sekarang tubuhnya sudah kembali sehat, namun hatinya malah kembali terluka. Mungkin butuh waktu lama untuk sembuh, tapi dia yakin bahwa luka ini dengan seiringnya waktu akan ia obati perlahan walau menyakitkan. Ia tidak mau lagi terus merasakan sebuah luka yang sangat perih ini, ia ingin tubuh dan hatinya bisa hidup berdampingan tanpa sebuah luka.

Renjio hanya bisa menyenderkan punggungnya pada sebuah kursi panjang di halaman rumahnya, malam ini mungkin ia ingin sedikit bergadang sambil merasakan hembusan angin luar yang agak dingin.

"Jio, liat noh. Ada dua bintang yang bersinar begitu terang di langit malam. Mungkin aja itu Keisya dan Abigail yang sekarang lagi liatin lo, mereka udah menjadi sahabat sejati di atas sana," ucap Alvian yang sedari tadi memperhatikan Renjio diam-diam.

Renjio menoleh ke belakang, ia hanya sedikit tersenyum melihat Alvian yang datang menghampiri dan kemudian duduk di sampingnya. Hari ini Alvian ingin menginap di rumah Renjio, karena kedua orangtuanya ada urusan mendesak tentang pekerjaan.

Sebenarnya, Alvian masih belum percaya jika Renjio bisa ikhlas menerima semua ini dalam waktu yang singkat. Karena Abigail adalah sosok yang paling berharga untuk Renjio, dan karena Abigail lah hidup Renjio bisa lebih berwarna lagi.

"Kirain siapa, belum tidur, lo?" tanya Renjio di selingi gelak tawa. Namun Alvian bisa melihat sebuah kepura-puraan, terlihat jelas bahwa Renjio menahan semuanya. Ia tidak ingin orang-orang tahu bahwa dia masih terluka.

Alvian menggelengkan kepalanya, "gue gak bisa tidur, Jo. Pikiran gue hanya terus terbayang sama kata-kata yang nyesel gue udah ngomong kayak gitu." bukannya balik tanya, Renjio hanya sedikit terkekeh.

"Ternyata lo orangnya naif juga ya? Gue kira lo sama aja kayak Axel, dia kalau molor dalam hitungan detik juga udah tidur. Gue gak habis pikir sama dia, kenapa sih begitu mudahnya dia tertidur."

"Gue inget sama ucapan gue yang pernah gue ucapin ke Abigail, Jo. Gue terbayang-bayang sama kejadian waktu itu, pas hari kejadian lo kecelakaan!"

"Gue juga agak iri sih sama Axel, akhir-akhir ini gue juga susah tidur. Mungkin emang gue kebanyakan minum kopi kali, ya? Tapi, si Axel itu lebih beda lagi!" Renjio berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"Gue inget sama ucapan gue waktu kalian mau pergi pulang waktu itu, saat itu juga hujan turun, kan?"

"Sana pulang Abigail, manja banget harus di anterin sama pacar."

"Ck, apaan sih. Ini gue juga mau pergi, jangan sedih ya karena nanti kita gak akan ketemu. Kalau kangen telepon aja, wle!"

Alvian terkekeh, ia seolah-olah masih bisa mendengar ucapan terakhir dari seorang Abigail kepadanya, ucapan itu membuat hatinya semakin sakit. "Ternyata gue emang gak bakalan ketemu dia lagi."

"Gue harus banyak-banyak belajar sama Axel, gue pengen banget bisa tidur nyaman. Mata gue uda berat rasanya, pengen tidur."

"Jio, ini gue Alvian. Lo boleh kok keluarin semuanya di hadapan gue, gue tahu semuanya yang lo lakuin satu minggu ini. Mata lo berat itu bukan karena lo jarang tidur, tapi karena tiap malam lo nangis mikirin Abigail. Setiap gue tanya lo kenapa nangis? lo selalu jawab kalau lo gak nangis cuman ngantuk aja. Pagi- pagi banget lo udah gak ada di kamar, katanya lo pergi ke minimarket buat beli makanan. Nyatanya lo pergi ke kuburannya Abigail, kan?!"

"Katanya orang kalau sudah tidur jangan terlalu banyak makan obat tidur, ya? Tapi kayaknya akhir-akhir ini gue makan juga gak terlalu banyak."

Alvian mengusap wajahnya dengan kasar, "gue lebih mending lo teriak-teriak nangis kejer, daripada kayak gini. Lo berusaha buat lupain Abigail? Gak kayak gini caranya, gue lagi ajak ngomong lo! Kenapa lo terus mengalihkan pembicaraan. Gue mau sekarang lo keluarin semuanya di hadapan gue, lo mau nangis sambil nonjok gue juga boleh."

Story Renjio [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang