22. Bersukat Darah

9 2 8
                                    

⚠️ WARNING ⚠️

Harap bijak untuk membaca part ini, karena banyaknya kata-kata kekerasaan yang tidak bertujuan untuk di tiru!

Semoga kalian semua bisa menikmati part ini, enjoy.

_Happy Reading_

Malam itu Axel memegang erat sebuah tangan orang yang sangat ia sayangi, hidupnya akan bahagia jika ia terus bersamanya. Axel benar-benar tidak mau kehilangan orang yang sedang berada di sisinya. Wajahnya berbinar penuh kebahagiaan.

"Axel? Jadi ini perempuan yang sedang lo sukai? Tipe lo emang rendahan banget, yah?" kesal Diana, dan tentu saja ia iri kepada Dera.

Dera adalah perempuan yang sangat di sayangi oleh Axel, namun nyatanya kasta memisahkan mereka berdua. Tapi, karena kekuatan cinta mereka dapat bersatu kembali.

"Ngapain lo kesini? Lo mau ganggu kita berdua? Sudah cukup ya, Diana! Jangan ikut campur urusan gue sama Dera."

Diana merangkul tangan Axel dengan ringan, senyuman sinis terpancar dari mulutnya. Tatapannya tertuju menghina ke arah Dera. "Gue gak mau harga diri lo jatuh karena cewek rendahan ini, gue cuman mau bantu lo."

Axel mendorong Diana dengan kasar sampai terjatuh, Axel menatap dengan wajah yang tidak khawatir sedikit pun, "cuman gue yang tahu kelakuan busuk lo di sini! Selagi gue masih baik, mending lo pergi!"

"Hah? Jadi lo lebih baik bela dia dari pada gue?! Sahabat lo sendiri!" Diana menggelengkan kepalanya tidak percaya.

Lalu, Diana pun pergi meninggalkan mereka. Menenggelamkan rasa kesal dan sedihnya oleh nyanyian di club dan beberapa botol alcohol. Dengan pakaian yang terbuka ia menari di tengah ramai, melupakan semua beban hidupnya yang ia bawa.

Ia tutup matanya perlahan, tetap menari dengan alunan ketukan lagu. Menghiraukan orang-orang yang berada di dekatnya, ia memenangkan pikirannya di tengah keramaian. Menjernihkan pikirannya hanya dengan sebotol alcohol.

Kepalanya mulai berputar, ia sudah tidak mampu mengangkat tubuhnya sendiri untuk menari. Diana tertunduk lesu di tengah kerumunan, menahan tangisnya. Ia benar-benar tidak ingin menangis saat itu.

Apakah dunia Diana akan berakhir akibat dirinya sendiri? Atau dunia orang lain yang berakhir akibat dirinya? Apakah tidak ada satu pun orang yang tahu akan perasaannya?

Dia telah di hina oleh sahabatnya sendiri, Axel seolah-olah telah membuang Diana jauh-jauh. Ia malah memilih Dera untuk menemaninya.

"LO HARUS MATI, LO HARUS MATI DI TANGAN GUE HHAHH!" teriak Diana, teriakan itu adalah sebuah kejadian yang akan terjadi di waktu yang akan datang.

"GUE BENCI KALIAN SEMUA! GUE BENCI."

"GUE BUTUH DUNIA YANG SEMPURNA, DUNIA GUE UDAH NGAK SEMPURNA LAGI KARENA LO!"

Keesokan harinya, Diana pergi ke club lagi untuk menjernihkan pikirannya seperti hari kemarin. Ia benar-benar ingin melupakan kekesalannya kepada Axel.

"Diana?" panggil seseorang kepada Diana.

Diana hanya terkejut, lalu sedikit tertawa. "Hahahh, gue lupa kalau lo itu kerja di club ini. Lo kerja sebagai apa? Emang lo di jual berapa?"

PLAKK

Dera menampar pipi Diana dengan emosi, hatinya terasa nyeri akibat perkataan yang sudah di lontarkan oleh Diana.

Diana mengusap pipinya dengan lembut, wajahnya masih berbinar dengan senyuman yang terpaksa dan bermaksud untuk menghina.

Story Renjio [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang